Rabu, 19 November 2025

Murianews, PatiHotel Pati menjadi saksi perjuangan Tentara Pelajar untuk menjaga kemerdekaan Republik Indonesia dari tentara Belanda. Hotel yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman itu menjadi Markas Komando para Tentara Pelajar. 

Usai bangsa Indonesia menyatakan Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, tentara Belanda terus berupa merebut tanah bekas jajahannya. Mereka pun melakukan agresi militer. 

Berbagai daerah di Indonesia menjadi serbuan tentara Belanda. Tak terkecuali Pati. Belanda mencoba mengurung para pejuang dari berbagai arah untuk merebut wilayah Pati dan sekitarnya. 

Para tentara pejuang Indonesia pun sempat dibuat kocar-kacir oleh tentara Belanda. Hal ini membuat para pelajar yang menempuh pendidikan di Pati ikut berperan. Mereka menjadi tentara cadangan untuk menjaga kemerdekaan Indonesia. 

”Mereka menjadi tentara cadangan guna membantu untuk mempertahankan kemerdekaan di masa bersiap. Masa bersiap 1945 sampai 1950. Ketika Indonesia mendapatkan ancaman dari luar maupun dalam,” tutur Penggiat Sejarah Pati Ragil Haryo Yudiartanto kepada Murianews.com.

Ragil memaparkan sebelum mendapatkan serangan dari tentara Belanda, tentara Indonesia terlebih dahulu dihadapkan dengan pemberontakan PKI Muso. Sejumlah petinggi militer, dokter hingga pimpinan polisi tewas di tangan pemberontak. 

”Pati pemimpinnya meninggal dieksekusi PKI Muso. Otomatis kekuatan berkurang drastis. Apalagi banyak pejabat yang menjadi korban PKI Muso, Pimpinan Angkatan Darat Kolonel Sunandar, Pimpinan Polisi AKBP Agil Kusumadya kemudian ada dr Susanto tereksekusi di Randu Belatung,” jelas dia. 

Memanfaatkan banyaknya pimpinan Pati yang gugur ini, tentara Belanda pun menyerang dari dua arah. Yakni, dari timur yakni Kabupaten Blora dan dari barat, Kabupaten Kudus. 

Kondisi yang genting ini menuntut para pelajar mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka berjuang melawan Belanda dan melakukan perang gerilya. Masuk ke hutan seperti arahan Jenderal Sudirman. 

”Ini yang membuat Tentara Pelajar turun ikut mengangkat senjata. Mereka latihan di Hutan Langse. Dilatih menembak, perang, bertahan. Mereka tergabung dalam Tentara Genie Pelajar (TGP) dan Tentara Pelajar,” kata dia. 

Hotel Pati pun menjadi saksi perjuangan Tentara Pelajar ini. Hotel milik Mr Tan itu dipinjam oleh para Tentara Pelajar sebagai Markas Komando. Mereka tidur di hotel yang saat itu mempunyai 18 kamar. Dengan dua tipe kamar yakni ukuran 5×6 meter dan 10×12 meter. 

”Mereka menempati Hotel Pati saat itu masih losmen-losmen. Katika tanda serine dibunyikan mereka masuk ke hutan dan yang putri berperan sebagai tenaga kesehatan, dapur umum maupun penyiar berita,” tandas dia. 

Masa-masa genting itu berakhir pada tahun 1950 usai Perjanjian Linggarjati ditandatangani. Namun, bentuk Hotel Pati kini tidak seperti dahulu lagi. 

Sejumlah renovasi membuat bangunan hotel yang didirikan pada tahun 1926 itu berubah total. Tidak ada sisa bangunan zaman kolonial Belanda. Untuk mengenang perjuangan Tentara Pelajar, pada 10 November 1984 didirikan Monumen Teroeskan. 

Editor: Supriyadi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler