Indahnya Moderasi Beragama di Pati, Tokoh Lintas Agama Kemah Bareng
Umar Hanafi
Sabtu, 14 September 2024 10:29:00
Murianews, Pati – Moderasi beragama di Kabupaten Pati tampak indah dipandang. Sejumlah tokoh lintas agama berkumpul di Gili Malang Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati untuk menggelar kemah bareng.
Sekitar 100 tokoh berbagai agama tampak guyup rukun di Desa Wisata Pancasila tersebut. Desa Giling juga menjadi spot acara itu. Mereka tergabung dalam penyuluh agama Kantor Kemenag Kabupaten Pati.
Acara yang bertajuk Kemah Moderasi Beragama itu digelar pada Jumat (13/9/2024) hingga Sabtu (14/9/2024). Para tokoh lintas agama tampak asik mengikuti berbagai kegiatan yang telah disiapkan tanpa sekat.
Acara yang diikuti di antaranya khutbah Jumat serentak, sarasehan moderasi beragama, penanaman pohon, pentas ekspresi, dan jalan sehat kerukunan umat beragama.
Ketua Pokja (Kelompok Kerja) Kampung Moderasi Beragama Kecamatan Gunungwungkal, Haryanto mengatakan even ini digelar dalam rangka memperkuat sikap toleransi, kebangsaan dan anti kekerasan di kalangan penyuluh.
”Selain penyuluh sebagai peserta, kita juga mengundang berbagai pemateri yang kompeten mulai dari FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), tokoh agama Islam, Kristen, Budha, dan Hindu, hingga tokoh penganut kepercayaan Sapto Darmo,” kata Haryanto.
Kemah Moderasi Beragama dibuka dengan ceremonial yang dihadiri oleh Jajaran Pejabat Kemenag, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kemenag, Pemerintah Desa Jrahi, Muspika Gunungwungkal, dan Tokoh lintas agama setempat.
Ahmad Syaikhu, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pati mengatakan, penyuluh agama berperan penting dalam menjaga keutuhan NKRI.
Melalui pendampingan keagamaan, diharapkan para tokoh lintas agama ini bisa memastikan setiap pemeluk agama dan agama-agama itu bisa berkembang dengan baik di wilayah binaannya.
Dalam hal keberagaman agama, lanjut Ahmad Syaikhu, Indonesia saat ini sedang menghadapi tiga tantangan besar. Yakni adanya beberapa perorangan dan golongan memahami agama secara ekstrim, adanya klaim atau tafsir agama yang subjektif, dan semangat beragama yang kuat namun mengesampingkan NKRI.
”Penyuluh harus berupaya menanamkan esensi beragama yang sesungguhnya ke masyarakat luas. Tafsir agama yang subjektif juga harus dikelola untuk mencerdaskan bangsa kita jangan sampai masyarakat suka menyalahkan antar agama,” kata Ahmad Syaikhu.
Kemah Moderasi Beragama sengaja dilaksanakan Desa Jrahi dan Giling untuk memberikan gambaran kepada peserta akan masyarakat yang moderat.
Dua desa tersebut tahun lalu ditetapkan oleh Kementerian Agama sebagai Kampung Moderasi Beragama (KMB) karena memiliki berbagai agama maupun penghayat kepercayaan yang dianut masyarakat, dan hidup rukun berdampingan sehari-hari.
Editor: Cholis Anwar



