Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Pengelolaan Bendung Karet di Desa Bungasrejo, Kecamatan Jakenan, Pati belum jelas. Hal ini membuat sejumlah petani yang berada di bantaran Sungai Juwana kesulitan air untuk mengairi tanamannya. 

Lahan sawah dan tambak di sepanjang Sungai Silugonggo Pati pun tampak mengering. Padi yang sudah ditanam beberapa pekan lalu kekurangan air. Bahkan lahan mengalami retak-retak akibat kekurangan air. 

Salah satu petani yang merasakan kondisi ini yakni, Sunhadi. Petani asal Desa Tondomulyo, Kecamatan Jakenan itu mengaku sudah sebulan lebih sawahnya mengering. Padi yang ia tanam pun terancam puso atau gagal panen akibat sulitnya air ini.

”Banyak sawah yang terbengkalai karena menunggu giliran air yang sampai sekarang belum ada. Jadi ini bisa terancam gagal panen. Padahal ini baru usianya satu bulanan,” ucap dia, Jumat (1/11/2024).

Ketua Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Sungai Juwana (Jampisawan) ini menyebut ada 40 hektar lebih lahan pertanian di Tondomulyo yang mengering. Jumlah tersebut belum termasuk desa di sepanjang Sungai Silugonggo lainnya.

Ia menilai, petani kesulitan mengairi sawahnya karena air di Sungai Silugonggo turun ke Bendung Karet. Hal tersebut membuat anak sungai di sekitar sungai Silugonggo tak ada airnya.

”Petani sangat mengharapkan air dari kali Juwana yang sekarang ada Bendung Karetnya. Agar anak-anak sungai ada airnya. Karena beberapa hari kemarin digembeskan dua kali. Padahal dibutuhkan air dari anak-anak sungai untuk mengairi sawah,” tutur dia.

Sunhadi pun minta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat sekitar sungai Silugonggo terkait pengelolaan Bendung Karet itu. Menurutnya, teknis pengelolaan bendungan tersebut harus jelas.

”Kemarin ada pengembeskan, terus sawah kami seperti ini. Kekurangan air. Kami mengharapkan Balai Besar harus ada aturan atau SOP bagaimana teknis pengelolaan air. Itu harus jelas,” tegasnya.

Editor: Cholis Anwar 

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler