Ratusan orang memadati Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu sejak Selasa pagi. Mereka menunggu kepala kerbau beserta rombongan karnaval dari Balai Desa Sambiroto.
Sesampainya di TPI Sambiroto, mereka pun berdoa bersama. Meminta keselamatan dan rejeki yang melimpah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sejurus kemudian, kepala kerbau yang dihiasi janur dan beberapa sesaji berupa makanan itu pun dibawa ke atas perahu nelayan.
Setelah itu, tampak rombongan barongan mengiringi kepala kerbau untuk sampai di muara sungai. Musik barongan dilantunkan menambah suasana menjadi lebih khidmat.
”Ini dilakukan setiap tahun. Diawali dengan karnaval kemudian dilanjutkan larung sesaji. Ini ada 20 rombongan karnaval plus 5 kereta untuk tamu undangan,” ujar Ketua Panitia Lomban Kupatan Tayu, Agus Mulyono kepada Murianews.com.
Murianews, Pati – Tradisi Lomban Kupatan di Sungai Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berjalan meriah, Selasa (8/4/2025). Kepala kerbau, empat kaki dan ekornya dilarung di muara sungai.
Ratusan orang memadati Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu sejak Selasa pagi. Mereka menunggu kepala kerbau beserta rombongan karnaval dari Balai Desa Sambiroto.
Sesampainya di TPI Sambiroto, mereka pun berdoa bersama. Meminta keselamatan dan rejeki yang melimpah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sejurus kemudian, kepala kerbau yang dihiasi janur dan beberapa sesaji berupa makanan itu pun dibawa ke atas perahu nelayan.
Butuh usaha yang lebih untuk membawa kepala kerbau tersebut sampai ke perahu. Belasan orang tampak turun tangan agar kepala kerbau tersebut berhasil dinaikkan ke perahu.
Setelah itu, tampak rombongan barongan mengiringi kepala kerbau untuk sampai di muara sungai. Musik barongan dilantunkan menambah suasana menjadi lebih khidmat.
Sesampainya di muara sungai, kepala kerbau kemudian dilarung untuk mencapai Laut Jawa.
”Ini dilakukan setiap tahun. Diawali dengan karnaval kemudian dilanjutkan larung sesaji. Ini ada 20 rombongan karnaval plus 5 kereta untuk tamu undangan,” ujar Ketua Panitia Lomban Kupatan Tayu, Agus Mulyono kepada Murianews.com.
Tradisi Sejak 1958...
Ia mengaku tradisi ini sudah ada sejak tahun 1958 yang diprakarsai oleh Wedono Kawedanan Tayu. Tradisi ini terus dipertahankan oleh masyarakat Tayu hingga saat ini.
”Menjadi kebudayaan tahunan. Untuk larung kerbau sebagai persyaratan sesaji yang telah dilakukan sejak dahulu. Sebelumnya tadi pagi juga ada kepala kambing yang ditempatkan di barat jembatan Tayu,” ungkap dia.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati Rekso Suhartono menambahkan, tradisi ini berpotensi menarik wisatawan dari luar Kabupaten Pati.
Selain mempertahankan tradisi leluhur, ia pun mengungkapkan makna larung kepala kerbau. Menurutnya, larung kepala kerbau ini wujud syukur masyarakat.
Sebelumnya, warga menyembelih kerbau dan dibagikan ke masyarakat. Larung kepala kerbau merupakan tradisi. Warga menaruh harapan agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan keselamatan dan ketentraman.
”Warga mengucapkan syukur dengan menyembelih kerbau. Efeknya juga membuat ekonomi bergeliat. Menyedot animo masyarakat dan bisa menjadi wisata. Apalagi desa ini sudah menjadi desa wisata,” pungkas dia.
Editor: Supriyadi