Ketua JMPPK Gunretno menilai kondisi lingkungan di Sukolilo sudah memperihatinkan. Ia mayakini kerusakan alam ini disebabkan aktivitas tambang galian C yang marak di Pegunungan Kendeng.
Aktivitas tambang di wilayah Sukolilo atau Pegunungan Kendeng membuat serapan air saat musim hujan tak bisa maksimal. Akibatnya kekeringan melanda sejumlah wilayah di Pati selatan saat musim kemarau.
Selain itu, saat musim hujan, banjir bandang sering kali menerjang Kecamatan Sukolilo hingga Kecamatan Kayen. Bahkan kerusakan Pegunungan Kendeng ini menimbulkan beberapa kali bencana longsor.
Pada akhir Maret 2025 lalu, peristiwa longsor kembali terjadi di lokasi tambang yang berada di Desa Kedungwinong, Sukolilo. Hal ini kemudian mendapatkan reaksi keras dari sejumlah warga.
”Ini darurat sekali, dengan yang longsor ini, sudah ada bukti menjadikan bencana. Maka yang lain juga harus ditutup. Karena ini kalau dibiarkan, akan menjadikan bencana yang lebih besar, jadi ini harus ditutup,” ujar Gunretno, Rabu (16/4/2025).
Longsor ini bukan pertama kali terjadi. Gunretno mencatat, bahwa pada 2023 lalu, peristiwa longsor di lokasi tambang sudah menimbulkan korban.
”Jadi pernah ada tahun 2023, longsor sampai truknya dan orangnya yang meninggal. Eskavatornya juga terguling,” lanjut dia.
Murianews, Pati – Tambang ilegal marak di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) pun mempertanyakan keseriusan pihak kepolisian.
Ketua JMPPK Gunretno menilai kondisi lingkungan di Sukolilo sudah memperihatinkan. Ia mayakini kerusakan alam ini disebabkan aktivitas tambang galian C yang marak di Pegunungan Kendeng.
Aktivitas tambang di wilayah Sukolilo atau Pegunungan Kendeng membuat serapan air saat musim hujan tak bisa maksimal. Akibatnya kekeringan melanda sejumlah wilayah di Pati selatan saat musim kemarau.
Selain itu, saat musim hujan, banjir bandang sering kali menerjang Kecamatan Sukolilo hingga Kecamatan Kayen. Bahkan kerusakan Pegunungan Kendeng ini menimbulkan beberapa kali bencana longsor.
Pada akhir Maret 2025 lalu, peristiwa longsor kembali terjadi di lokasi tambang yang berada di Desa Kedungwinong, Sukolilo. Hal ini kemudian mendapatkan reaksi keras dari sejumlah warga.
”Ini darurat sekali, dengan yang longsor ini, sudah ada bukti menjadikan bencana. Maka yang lain juga harus ditutup. Karena ini kalau dibiarkan, akan menjadikan bencana yang lebih besar, jadi ini harus ditutup,” ujar Gunretno, Rabu (16/4/2025).
Longsor ini bukan pertama kali terjadi. Gunretno mencatat, bahwa pada 2023 lalu, peristiwa longsor di lokasi tambang sudah menimbulkan korban.
”Jadi pernah ada tahun 2023, longsor sampai truknya dan orangnya yang meninggal. Eskavatornya juga terguling,” lanjut dia.
Pengrusakan alam...
Kasus ini pun ditangani pihak kepolisian. Ia mengungkapkan polisi datang memasang police line dan mengambil alat berat. Namun sayangnya, aktivitas tambang marak lagi.
”Tapi tidak lama lagi, itu juga beroperasi. Dalam hal ini kami pertanyakan Pak Sahlan selaku kapolsek. Ini harus menjadi perhatian polisi,” ungkapnya.
Karena menurut Gunretno, bagi masyarakat, apapun penegakan hukum itu dimulai dari polisi. Sebab, dalam hal ini dinilainya sudah melakukan pembiaran melakukan pengrusakan alam.
Sebelumnya, sejumlah warga yang mengatasnamakan Sukolilo Bangkit menggelar aksi di Desa Baleadi pada Senin (14/4/2025) lalu. Mereka menutup tambang galian c paksa lantaran jengah dengan aktivitas tambang yang merusak lingkungan.
Editor: Cholis Anwar