Menurutnya, pengembangan potensi ini bisa dilakukan bila ada kemauan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati. Sehingga pengembangan situs Purbakala ini bisa memberi lebih banyak manfaat.
”Itu tergantung kepada pemerintah daerahnya. Perhatian pemerintah daerahnya,” lanjut dia.
Menurutnya, selama ini Pemkab Pati belum mengeksplor potensi penemuan fosil purbakala yang ada di daerahnya. Padahal, hewan purba baik di Kudus maupun Pati itu habitatnya sama karena berada di satu wilayah.
Hal ini berbeda dengan wilayah Kabupaten Kudus yang dinilai lebih bersemangat dalam mengembangkan Situs Patiayam di Kota Kretek. Sehingga kawasan ini sudah dikenal sebagai kawasan situs purbakala.
”Saya lihat tadi Kadis (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus) sangat bersemangat untuk mengekspos Patiayam. Dia bilang, kami tidak punya sumber daya alam, kami cuma punya sumber daya budaya. Jadi itu yang dimaksimalkan,” beber Helmi.
Murianews, Pati – Situs Purbakala Patiayam di Kabupaten Pati mempunyai potensi yang sama dengan Situs Patiayam di Kabupaten Kudus. Namun Situs Patiayam di Kabupaten Pati belum tergarap.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Surya Helmi, mengatakan, selama ini penemuan fosil purbakala mayoritas berada di Bukit Patiayam wilayah Kudus. Padahal, wilayah Pati punya potensi yang sama besar.
”(Patiayam) Pati sebenarnya potensinya sama dengan Kudus. Saya lihat di Kudus sudah ada Museum Purbakala,” katanya usai meninjau Situs Patiayam di Desa Wangunrejo, Kecamatan Margorejo, Kamis (17/7/2025).
Menurutnya, pengembangan potensi ini bisa dilakukan bila ada kemauan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati. Sehingga pengembangan situs Purbakala ini bisa memberi lebih banyak manfaat.
”Itu tergantung kepada pemerintah daerahnya. Perhatian pemerintah daerahnya,” lanjut dia.
Menurutnya, selama ini Pemkab Pati belum mengeksplor potensi penemuan fosil purbakala yang ada di daerahnya. Padahal, hewan purba baik di Kudus maupun Pati itu habitatnya sama karena berada di satu wilayah.
Hal ini berbeda dengan wilayah Kabupaten Kudus yang dinilai lebih bersemangat dalam mengembangkan Situs Patiayam di Kota Kretek. Sehingga kawasan ini sudah dikenal sebagai kawasan situs purbakala.
”Saya lihat tadi Kadis (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus) sangat bersemangat untuk mengekspos Patiayam. Dia bilang, kami tidak punya sumber daya alam, kami cuma punya sumber daya budaya. Jadi itu yang dimaksimalkan,” beber Helmi.
Cagar Budaya Nasional...
Soal pengusulan Situs Patiayam jadi Cagar Budaya Peringkat Nasional, Helmi mengatakan Situs Patiayam sangat berpotensi karena temuan fosilnya sangat banyak sekali. Bahkan, kemarin baru saja ada penemuan fosil gajah purbakala utuh.
”Bukan tidak mungkin ada temuan fosil manusianya. Karena temuan manusianya masih kurang ini, baru ada gigi dan beberapa organ lain. Tapi alat yang dipergunakan manusia seperti kapak batu itu sudah ditemukan. Itu memperlihatkan ciri adanya manusia,” jelasnya.
Helmi menjelaskan, untuk menjadi cagar budaya peringkat nasional, pengajuannya harus bertahap dari kabupaten/kota, provinsi, baru kemudian nasional. Jika memungkinkan, pengajuan itu akan dilanjutkan sampai tingkat dunia.
”Jika pemerintah daerah serius melestarikan alamnya, bukan tidak mungkin Situs Patiayam bisa jadi warisan dunia,” kata Helmi.
Petugas Museum Patiayam, Ari Mustakim, menjelaskan, saat ini Museum Patiayam punya koleksi 10 ribu fosil dan mayoritas ditemukan di wilayah Kudus yaitu di Desa Terban, Gondoharum, Klaling, dan Dukuh Kedungmojo, Desa Tanjungrejo. Kemudian sebagian kecil di Pati, yaitu Banyuurip, Wangunrejo, Badegan, Sokobubuk, dan Sokokulon.
”Potensinya hampir sama, harus dikembangkan. Di Pati, Daerah Sudo (Desa Wangunrejo) ini banyak temuan fosil. Kemarin baru ditemukan dua fragmen gading dan kepala banteng Purbakala di Kawasan Pati. Kemudian ada penemuan alat budaya juga,” beber dia.
Editor: Budi Santoso