Produsen Tahu Kudus Sebut Kualitas Kedelai Lokal Lebih Bagus dari Impor, Tapi...
Vega Ma'arijil Ula
Jumat, 9 Juni 2023 16:52:09
Produsen tahu di Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rahmat Agus Salim mengatakan, dirinya sebenarnya lebih menyukai kedelai lokal. Namun, ketersediaannya terbatas.
”Kalau saya lebih suka kedelai lokal. Rasanya lebih enak. Selain itu untuk dibuat tahu lebih kenyal,” katanya, Jumat (9/6/2023).
Namun, menurutnya kedelai lokal memiliki kekurangan jika dibandingkan dengan kedelai impor. Kedelai lokal dirasa kurang bersih lantaran masih tercampur dengan tanah.
”Tetapi kedelai impor walaupun lebih bersih sebenarnya tidak bisa dibilang baru. Karena barang impor ketika di perjalanan pasti ada yang rusak sehingga sari kedelainya menjadi berkurang,” sambungnya.
Baca: Kedelai Impor Bakal Dikurangi, Begini Respon Pengusaha Tempe Tahu di KudusMuhammad Amar Ma'ruf, pengelola Primer Koperasi Produsen Tempe tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Kudus mengatakan, perlu adanya peran serta pemerintah untuk mengurangi kedelai impor dan meningkatkan kedelai lokal.
Alasan lainnya, di Kota Kretek tidak banyak ditemui keberadaan petani kedelai. ”Di Kudus itu jumlah petani kedelai lokal tidak sampai 100 orang. Jumlah petani harus ditambah,” ujarnya.Selain itu, dia menilai produksi kedelai lokal belum kontinyu. Sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang besar.
Baca: Mentan Tak Ingin Indonesia Ketergantungan Impor Kedelai”Biasanya harus menunggu dalam kurun waktu yang lama. Harapan kami ada kelangsungan produksi kedelai lokal berkualitas,” imbuhnya. Editor: Ali Muntoha
Murianews, Kudus – Kualitas kedelai lokal diklaim tidak kalah bersaing dengan kedelai impor, bahkan lebih bagus. Namun, ada hal yang harus dievaluasi agar kedelai lokal dapat bersaing.
Produsen tahu di Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rahmat Agus Salim mengatakan, dirinya sebenarnya lebih menyukai kedelai lokal. Namun, ketersediaannya terbatas.
”Kalau saya lebih suka kedelai lokal. Rasanya lebih enak. Selain itu untuk dibuat tahu lebih kenyal,” katanya, Jumat (9/6/2023).
Namun, menurutnya kedelai lokal memiliki kekurangan jika dibandingkan dengan kedelai impor. Kedelai lokal dirasa kurang bersih lantaran masih tercampur dengan tanah.
”Tetapi kedelai impor walaupun lebih bersih sebenarnya tidak bisa dibilang baru. Karena barang impor ketika di perjalanan pasti ada yang rusak sehingga sari kedelainya menjadi berkurang,” sambungnya.
Baca: Kedelai Impor Bakal Dikurangi, Begini Respon Pengusaha Tempe Tahu di Kudus
Muhammad Amar Ma'ruf, pengelola Primer Koperasi Produsen Tempe tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Kudus mengatakan, perlu adanya peran serta pemerintah untuk mengurangi kedelai impor dan meningkatkan kedelai lokal.
Alasan lainnya, di Kota Kretek tidak banyak ditemui keberadaan petani kedelai. ”Di Kudus itu jumlah petani kedelai lokal tidak sampai 100 orang. Jumlah petani harus ditambah,” ujarnya.
Selain itu, dia menilai produksi kedelai lokal belum kontinyu. Sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar yang besar.
Baca: Mentan Tak Ingin Indonesia Ketergantungan Impor Kedelai
”Biasanya harus menunggu dalam kurun waktu yang lama. Harapan kami ada kelangsungan produksi kedelai lokal berkualitas,” imbuhnya.
Editor: Ali Muntoha