Kamis, 20 November 2025

Murianews, Kudus – Abropez angka braile dan operasi hitung puzzle yang diciptakan Mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK) diimplementasikan dalam proses pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB) Purwosari Kudus, Rabu (12/9/2023).

Abropez ini dikemas dalam sebuah boks kayu yang berisi kotak-kotak kecil dengan kode angka brail, simbol operasi hitung dengan braile, dan sempoa.

Dari pantauan Murianews.com, ada tujuh siswa tunanetra setingkat SD kelas I sampai VI di SLB Purwosari yang mengikuti pembelajaran menggunakan Abropes dari kelompok mahasiswa umk.

Mereka terlihat diajari nominal angka yang terdapat dari simbol angka braile berstandar internasional tersebut. Tak sampai disitu, mereka juga diajak berhitung dengan menggunakan Abropez tersebut.

Para siswa terlihat cukup antusias mengikuti pembelajaran tersebut. Terlebih pengaplikasian braile yang diperlihatkan kali ini, berbeda dengan yang mereka dapatkan biasanya, dengan bentuk kotak-kotak kecil membuat para siswa semakin bersemangat.

Ketua kelompok mahasiswa pencipta Abropez Alfina Noor Aini menyebut, dari hasil riset yang dilakukan siswa tunanetra memiliki kesulitan dalam matematika. Mulai dari memahami angka,  hingga penyelesaian operasi hitung.

”Jadi Abropez iki sebagai media pembelajaran agar mereka mudah memahami angka dan menyelesaikan operasi hitung dengan tepat. Jadi siswa bisa langsung praktek dengan kode angka braile berstandar nasional,” katanya, Rabu (13/9/2023).

Sementara itu, Kristina Ayuningtyas, guru siswa SD tunanetra SLB Purwosari mengapresiasi adanya media pembelajaran yang diciptakan oleh mahasiswa itu.

Selama ini, para siswa tunanetra sudah kerap belajar kode braile dan guru juga sudah sering membuat media pembelajaran. Namun, tak sama dengan media pembelajaran Abropez yang diciptakan mahasiswa ini.

”Saya sering bikin media pembelajaran untuk siswa. Tapi kalau ini medianya terkesan baru dengan bentuk kotak yang belum sering mereka temui jadi para siswa sangat senang dan antusias,” ungkapnya.

Pembelajaran dengan braile, sambung dia, sangatlah penting bagi siswa penyandang tunanetra. Sehingga mereka akan lebih cakap untuk berkomunikasi dengan dengan kepekaan dari kode braile yang selama ini mereka pelajari.

Sebagai informasi, Abropez diciptakan enam mahasiswa UMK. Diantaranya, Alfina Noor Aini (PGSD), Richie Annisa Cikal (BK), Khilda Evita Aisya dan, Sholikul Hadi (Pendidikan Bahasa Inggris), dan Nissaul Azizah (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia).

Editor: Dani Agus

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler