Tak Kenal Lelah, Guru Tunanetra Kudus Ini Tempuh 30 KM Tiap Hari
Yuda Auliya Rahman
Sabtu, 25 November 2023 16:55:00
Murianews, Kudus – Nur Chasanah (36), seorang penyandang tunanetra yang kini mengabdikan hidupnya untuk menjadi guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Purwosari Kudus patut dicontoh.
Dengan keterbatasan yang dimiliki, Nur Chasanah tak pernah patah arang untuk mengajar murid-muridnya yang juga penyandang tunanetra di sekolah. Bahkan, ia rela menempuh jarak hingga 30 kilometer setiap hari.
Nur Chasanah sendiri diketahui bermukim di Dukuh Watu Putih, Desa Terban, Kecamatan Jekulo. Setiap hari ini mengajar di SLB Purwosari yang berada di Kecamatan Kota, Kudus.
Perempuan yang memiliki dua anak ini, merupakan sarjana lulusan kependidikan islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2012 silam.
Nur Chasanah menceritakan, awal menjadi guru pertama kali pada tahun 2013 di SLB A dan A Ganda Binar Insan Istiqomah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Di sana, ia mengabdi selama dua tahun. Barulah di bulan Juli tahun 2016 ia mulai mengabdi menjadi guru di SLB Purwosari.
”Dari awal di SLB Purwosari itu saya jadi guru kelas 1,2, dan 3 khusus tunanetra jenjang SD dan guru mapel Pendidikan Agama Islam. Namun belakangan ini, saya sudah menjadi guru kelas setingkat SMA atau kelas XI dan XII,” katanya, Sabtu (25/11/2023).
Ia menceritakan, memang perjalanannya dari rumah untuk menuju ke sekolah cukup jauh, dengan sekali jalan yang menempuh jarak sekitar 13-15 kilometer. Itupun ia rela setiap harinya menggunakan jasa ojek online dan angkutan setelah pulang mengajar.
Nur Chasanah yang berstatus Guru Tidak Tetap (GTT) Provinsi Jawa Tengah ini harus merogoh kocek Rp 600 ribu dalam sebulan hanya untuk transportasi. Beruntung saat berangkat ia mendapat boncengan dari saudaranya yang bekerja di Dinas Perhubungan Kudus.
”Berangkat saya sekalian bareng sama saudara. Pulangnya saya naik ojek online sampai ke Pentol, lalu ganti naik angkot sampai ke gang rumah. Sebulan untuk transportasi 600 ribu. Alhamdulillah masih cukup jika dengan gaji yang saat ini yang saya terima sekitar Rp 2,6 juta,” ujarnya.
Rasa capek untuk perjalanan pun, sambung dia, dianggap tak terasa setelah di sekolah bertemu dengan murid-muridnya. Ia sendiri memang sejak kecil sudah bercita-cita menjadi guru karena ingin ilmu yang dimilikinya bermanfaat.
”Saya memang ingin jadi guru sejak kecil, karena ilmunya tidak akan berhenti dan tetap mengalir meski sudah meninggal. Saya terinspirasi oleh guru-guru saya, dan Pak Gusdur yang punya masalah penglihatan bisa mengabdi dan jadi nomor 1 di Indonesia,” ungkapnya.
Editor: Supriyadi



