Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, ekonomi kreatif menjadi masa depan Indonesia.

Dengan begitu, ia berharap pelaku usaha dan generasi muda mampu berperan sebagai katalisator keberlangsungan ekonomi kreatif tanah air.

Sandiaga menjelaskan, saat ini nilai tambah ekonomi kreatif Indonesia mencapai Rp 1,4 triliun. Angka itu menempatkan Indonesia di posisi tiga besar dunia negara dengan kontribusi ekonomi kreatif terbesar ke PDB.

’’Kita mesti bangga di pidato tanggal 16 Agustus, Presiden untuk pertama kali menampilkan nilai tambah ekonomi kreatif pada pidato kenegaraannya,’’ ujarnya seperti dikutip dari Antara, Rabu (21/8/2024).

Sandiaga mengatakan, peringkat pertama masih ditempati Amerika Serikat dengan Hollywoodnya dan Korea Selatan di posisi kedua dengan K-Pop dan K-Drama mereka.

Menurut Sandiaga, tidak menutup kemungkinan jika seluruh generasi muda membersamai pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia, dalam beberapa tahun yang akan datang maka sektor ini akan melesat naik ke peringkat pertama.

’’Karena ekonomi kreatif adalah ekonomi masa depan Indonesia,’’ katanya.

Dalam mendorong hal tersebut, konten-konten yang dihadirkan pada produk ekraf tentunya perlu mengutamakan keotentikan, relevansi, dan menjadi buah bibir (talkable) di kalangan masyarakat.

’’Saya melihat bahwa content is king, tapi packaging is queen. Kalau konten ketemu kemasan akan menjadi sebuah kerajaan. Dan kunci menuju kerajaan adalah inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,’’ ucapnya.

Ungkapan senada juga disampaikan USS Network Sayed Muhammad. Ia berpandangan ekonomi kreatif di Indonesia mulai berkembang pesat. Namun, hal yang dapat membedakan antarsuatu merek atau produk yang satu dengan lainnya terletak pada yang disebut konten.

’’Karena konten itu yang menjadikan gambaran merek atau brand image dari suatu produk,’’ ujar Sayed.

Sementara itu, Co-Founder Manual, Hadi Ismanto mengungkapkan untuk menjadi pelaku kreatif memang perlu jeli dalam menjawab kebutuhan masyarakat yang dibarengi dengan kualitas, otentik, dan yang tidak kalah penting adalah storytelling.

’’Masyarakat ini sangat peduli dan sangat demanding mengenai kualitas. Bahwa ketika mereka mau ke kedai kopi, mau ke restoran, atau berbelanja jenama lokal mereka ingin tahu konteksnya, storytelling. Dan apa saja otentikasi yang dibawa sebagai sebuah jenama,’’ ujarnya.

Komentar