Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) Kudus, tingkat inflasi di Kudus sebesar 0,40 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 109,21.
”Emas perhiasan tercatat sebagai penyumbang tertinggi dengan andil 0,153 persen, diikuti cabai merah 0,070 persen, telur ayam ras 0,062 persen, daging ayam ras 0,037 persen, dan sigaret kretek mesin 0,016 persen,” ujar Kepala BPS Kudus Eko Suharto, Selasa (4/11/2025).
Di sisi lain, beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga (deflasi), antara lain bawang putih, buah naga, cabai rawit, semangka, dan ikan bawal.
”Penurunan harga sejumlah bahan pangan segar cukup membantu menahan laju inflasi agar tidak lebih tinggi,” imbuhnya.
Secara tahunan (year on year), inflasi Kudus sebesar 2,95 persen didorong oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,87 persen dengan andil 1,32 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang melonjak 8,58 persen dengan andil 0,57 persen.
Eko menambahkan, tren inflasi di Kudus masih tergolong terkendali dan berada di bawah batas kewaspadaan.
”Kita tetap perlu mewaspadai potensi kenaikan harga menjelang akhir tahun, terutama dari komoditas pangan dan kebutuhan rumah tangga yang sensitif terhadap cuaca dan permintaan,” katanya.
Murianews, Kudus – Emas perhiasan hingga rokok sigaret kretek mesin (SKM) berkontribusi pada terjadinya inflasi di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pada Oktober 2025.
Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) Kudus, tingkat inflasi di Kudus sebesar 0,40 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 109,21.
”Emas perhiasan tercatat sebagai penyumbang tertinggi dengan andil 0,153 persen, diikuti cabai merah 0,070 persen, telur ayam ras 0,062 persen, daging ayam ras 0,037 persen, dan sigaret kretek mesin 0,016 persen,” ujar Kepala BPS Kudus Eko Suharto, Selasa (4/11/2025).
Di sisi lain, beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga (deflasi), antara lain bawang putih, buah naga, cabai rawit, semangka, dan ikan bawal.
”Penurunan harga sejumlah bahan pangan segar cukup membantu menahan laju inflasi agar tidak lebih tinggi,” imbuhnya.
Secara tahunan (year on year), inflasi Kudus sebesar 2,95 persen didorong oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,87 persen dengan andil 1,32 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang melonjak 8,58 persen dengan andil 0,57 persen.
Eko menambahkan, tren inflasi di Kudus masih tergolong terkendali dan berada di bawah batas kewaspadaan.
”Kita tetap perlu mewaspadai potensi kenaikan harga menjelang akhir tahun, terutama dari komoditas pangan dan kebutuhan rumah tangga yang sensitif terhadap cuaca dan permintaan,” katanya.
Sektor Transportasi...
BPS juga mencatat, inflasi sektor transportasi dan perumahan relatif stabil, sementara kelompok kesehatan dan pendidikan menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan IHK, inflasi di Kudus setara dengan inflasi yang terjadi di Jawa Tengah pada bulan tersebut. Daerah yang mengalami inflasi tertinggi yakni Kota Surakarta dengan angka 0,49 persen.
Sementara, Kabupaten Cilacap dan Banyumas (Purwokerto) mengalami inflasi terendah sebesar 0,33 persen.
Editor: Zulkifli Fahmi