Gempa Bantul Yogyakarta, BMKG: Alarm Zona Subduksi Masih Aktif
Ali Muntoha
Sabtu, 1 Juli 2023 08:16:15
BMKG awalnya mencatat gempa itu berkekuatan magnitudo 6,4 dan kedalaman 25 kilometer. Data itu lalu diperbaharui ke angka M 6,0 magnitudo dengan kedalaman 67 kilometer.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan jika peristiwa gempa ini mengingatkan jika zona subduksi itu masih aktif.
”Gempa malam ini merupakan alarm yang mengingatkan kita bahwa zona subduksi di Selatan jawa memang masih aktif," katanya dilansir
Antaranews.com.
Zona subduksi di selatan Jawa ini menurutnya tak hanya memicu gempa bumi. Namun juga berpotensi menyebabkan tsunami.
Baca: Wilayah di Jateng yang Terdampak Gempa Bantul Bertambah, Kini Ada 12 KabupatenIa memaparkan catatan sejarah terjadinya tsunawi di wilayah Jawa. Sejak tahun 1800-an hingga tahun 2006 telah terjadi delapan kali tsunawi di Pulau Jawa.
Yakni pada tahun 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994 di Banyuwangi, dan 2006 di Pangandaran.
”Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa serta tsunami di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya," kata Daryono.
Baca: Kaget Ada Gempa Magnitudo 6,4 di Bantul DIY, Satu Meninggal Dunia dan Satu Luka TerjatuhYogyakarta juga disebutnya sebagai kawasan sistemik aktif dan kompleks. Karena wilayah ini memiliki sumber gempa yang tak hanya dari darat, tapi juga dari laut.Dari sisi darat terdapat sesar kompak yang cukup aktif dan berkekuatan hingga mencapai M 6,6. Sementara dari sisi laut terdapat zona subduksi yang memiliki potensi gempa M 8,7.
Baca: Dampak Gempa Magnitudo 6,4 di Bantul DIY, Sejumlah Rumah Dilaporkan RusakMenurutnya, zona megathrust di Yogyakarta telah memicu gempa sebanyak 12 kali sejak tahun 1800.”Gempa terakhir pada 2 September 2009 yang berkekuatan M 7,8 magnitudo," terangnya.
Murianews, Jakarta – Gempa bumi mengguncang wilayah Bantul, Yogyakarta pada Jumat (30/6/2023) malam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMK) menyebut jika gempa di Yogyakarta itu sebagai alarm jika zona subduksi di wilayah selatan Pulau Jawa masih aktif.
BMKG awalnya mencatat gempa itu berkekuatan magnitudo 6,4 dan kedalaman 25 kilometer. Data itu lalu diperbaharui ke angka M 6,0 magnitudo dengan kedalaman 67 kilometer.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan jika peristiwa gempa ini mengingatkan jika zona subduksi itu masih aktif.
”Gempa malam ini merupakan alarm yang mengingatkan kita bahwa zona subduksi di Selatan jawa memang masih aktif," katanya dilansir
Antaranews.com.
Zona subduksi di selatan Jawa ini menurutnya tak hanya memicu gempa bumi. Namun juga berpotensi menyebabkan tsunami.
Baca: Wilayah di Jateng yang Terdampak Gempa Bantul Bertambah, Kini Ada 12 Kabupaten
Ia memaparkan catatan sejarah terjadinya tsunawi di wilayah Jawa. Sejak tahun 1800-an hingga tahun 2006 telah terjadi delapan kali tsunawi di Pulau Jawa.
Yakni pada tahun 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994 di Banyuwangi, dan 2006 di Pangandaran.
”Ini merupakan catatan penting terkait dengan potensi dan bahaya gempa serta tsunami di selatan Yogyakarta dan selatan Jawa pada umumnya," kata Daryono.
Baca: Kaget Ada Gempa Magnitudo 6,4 di Bantul DIY, Satu Meninggal Dunia dan Satu Luka Terjatuh
Yogyakarta juga disebutnya sebagai kawasan sistemik aktif dan kompleks. Karena wilayah ini memiliki sumber gempa yang tak hanya dari darat, tapi juga dari laut.
Dari sisi darat terdapat sesar kompak yang cukup aktif dan berkekuatan hingga mencapai M 6,6. Sementara dari sisi laut terdapat zona subduksi yang memiliki potensi gempa M 8,7.
Baca: Dampak Gempa Magnitudo 6,4 di Bantul DIY, Sejumlah Rumah Dilaporkan Rusak
Menurutnya, zona megathrust di Yogyakarta telah memicu gempa sebanyak 12 kali sejak tahun 1800.
”Gempa terakhir pada 2 September 2009 yang berkekuatan M 7,8 magnitudo," terangnya.