Edi Yulianto, Si Penakluk Reptil BPBD Kudus
Anggara Jiwandhana
Rabu, 10 Januari 2024 15:01:00
Murianews, Kudus – Namanya adalah Edi Yulianto, dia kini bertugas di tim Animal Rescue Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng) dalam beberapa tahun ke belakang. Di kalangan relawan, dia dikenal sebagai penakluk reptil.
Sepanjang kiprahnya, Edi sering menangkap aneka jenis reptil. Meski memang, kebanyakan yang dia evakuasi adalah reptil ular. Namun sekali dua kali, dia mengevakuasi reptil lain seperti buaya hingga hewan lain.
Suka duka sudah dia alami sepanjang bertugas. Walau animal rescue baru dibentuk tiga tahun belakangan, namun dia sudah akrab dengan evakuasi reptil utamanya ular sepanjang dirinya berada di BPBD.
Piton, kobra, ular hijau, hingga ular berbisa sedang lain pun pernah ia tangkap. Pernah juga, dia digigit ular bisa sedang. Namun syukurnya, dia masih diberi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
”Pernah itu, tapi ya Alhamdulillah sampai sekarang masih diberi hidup, masih bisa mengevakuasi ular-ular yang masuk ke pemukiman warga,” katanya Rabu (10/1/2023)
Di musim hujan seperti ini, panggilan darurat untuk mengevakuasi reptil pun sering berdatangan. Edi pun lebih mengutamakan kasus yang genting daripada waktu istirahatnya. Mengingat bisa jadi, ular yang masuk ke dalam rumah warga adalah ular berbisa yang bisa membahayakan nyawa.
”Saat ini sudah ada timnya, dulu saya itu tengah malam sampai tidak tidur mengevakuasi ular, jarak lokasinya juga cukup jauh. Jadi benar-benar habis untuk evakuasi waktunya, itu tidak sekali dua kali saja, sering,” tambahnya.
Yang menarik dari dirinya adalah ketika ular sudah berhasil dievakuasi, Edi tak lantas melepaskan kembali ular itu ke alam. Dia akan membawanya pulang. Bukan untuk dijual atau malah dijadikan santapan, melainkan dirawat dan diobati.
”Biasanya itu ular kami temukan ada luka, entah itu kena pukul dari orang yang menemukan atau tergores perabot dan celah dia masuk. Kami tidak tega kalau langsung kami rilis lagi, akhirnya kami obati dulu. Satu pekan dua pekan, siap dirilis, baru kami rilis,” tuturnya.
Biasanya, Edi merilis binatang hasil evakuasinya ke alam terbuka seperti d Pegunungan Muria. Tak jarang juga, para petani kopi di wilayah atas juga meminta ular evakuasinya dengan tujuan untuk mengendalikan hama kera.
”Yang besar-besar biasanya diminta, pokoknya tidak dibuat konsumsi saja, saya bersedia melepaskannya,” ungkapnya.
Editor: Cholis Anwar
Murianews, Kudus – Namanya adalah Edi Yulianto, dia kini bertugas di tim Animal Rescue Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng) dalam beberapa tahun ke belakang. Di kalangan relawan, dia dikenal sebagai penakluk reptil.
Sepanjang kiprahnya, Edi sering menangkap aneka jenis reptil. Meski memang, kebanyakan yang dia evakuasi adalah reptil ular. Namun sekali dua kali, dia mengevakuasi reptil lain seperti buaya hingga hewan lain.
Suka duka sudah dia alami sepanjang bertugas. Walau animal rescue baru dibentuk tiga tahun belakangan, namun dia sudah akrab dengan evakuasi reptil utamanya ular sepanjang dirinya berada di BPBD.
Piton, kobra, ular hijau, hingga ular berbisa sedang lain pun pernah ia tangkap. Pernah juga, dia digigit ular bisa sedang. Namun syukurnya, dia masih diberi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
”Pernah itu, tapi ya Alhamdulillah sampai sekarang masih diberi hidup, masih bisa mengevakuasi ular-ular yang masuk ke pemukiman warga,” katanya Rabu (10/1/2023)
Di musim hujan seperti ini, panggilan darurat untuk mengevakuasi reptil pun sering berdatangan. Edi pun lebih mengutamakan kasus yang genting daripada waktu istirahatnya. Mengingat bisa jadi, ular yang masuk ke dalam rumah warga adalah ular berbisa yang bisa membahayakan nyawa.
”Saat ini sudah ada timnya, dulu saya itu tengah malam sampai tidak tidur mengevakuasi ular, jarak lokasinya juga cukup jauh. Jadi benar-benar habis untuk evakuasi waktunya, itu tidak sekali dua kali saja, sering,” tambahnya.
Yang menarik dari dirinya adalah ketika ular sudah berhasil dievakuasi, Edi tak lantas melepaskan kembali ular itu ke alam. Dia akan membawanya pulang. Bukan untuk dijual atau malah dijadikan santapan, melainkan dirawat dan diobati.
”Biasanya itu ular kami temukan ada luka, entah itu kena pukul dari orang yang menemukan atau tergores perabot dan celah dia masuk. Kami tidak tega kalau langsung kami rilis lagi, akhirnya kami obati dulu. Satu pekan dua pekan, siap dirilis, baru kami rilis,” tuturnya.
Biasanya, Edi merilis binatang hasil evakuasinya ke alam terbuka seperti d Pegunungan Muria. Tak jarang juga, para petani kopi di wilayah atas juga meminta ular evakuasinya dengan tujuan untuk mengendalikan hama kera.
”Yang besar-besar biasanya diminta, pokoknya tidak dibuat konsumsi saja, saya bersedia melepaskannya,” ungkapnya.
Editor: Cholis Anwar