Asa Petani Menawan Kudus, Tanam Tembakau untuk Tegaskan Identitas
Anggara Jiwandhana
Senin, 3 Juni 2024 11:03:00
Murianews, Kudus – Kabupaten kudus, jawa tengah selama ini memang dikenal sebagai Kota Kretek. Banyak perusahaan rokok mulai dari yang skala kecil hingga besar memproduksi jutaan batang rokok kretek dan didistribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia bahkan dunia.
Namun sayangnya, tidak ada satupun wilayah dari sembilan kecamatan di Kudus yang memproduksi bahan utama dari rokok kretek, yakni tembakau. Mayoritas perusahaan di Kudus memilih untuk mengambil tembakau-tembakau dari Madura ataupun Lombok.
Karena hal inilah, sejumlah petani dari Kelompok Tani Mbangun Harjo yang berada Di Desa Menawan Kudus sedang berupaya mengembangkan dan membudidayakan tanaman tembakau di lahan mereka.
Bukan tembakau asli Kudus memang, namun Tembakau Prancak dari Sumenep Madura. Meski demikian, melalui cara ini, mereka ingin mempertegas julukan Kudus sebagai Kota Kretek.
Koordinator Poktan Mbangun Harjo Suhardi menyampaikan, enam dari 12 petani di poktan ini telah sepakat untuk menanam tembakau di tahun ini. bukan hanya sekedar cuan saja, namun juga tentang penguatan identitas.
Mereka merasa tertantang untuk menjadi poktan pertama yang bisa mengembangkan tembakau di wilayah Kudus. Terutama di tengah gempuran tanaman palawija yang memang menjadi raja di tanah kawasan menawan.
”Sebelumnya kami juga menanam tanaman palawija, seperti kacang, singkong, dan jagung. Kemudian kami ditawari untuk menanam tembakau, dan kami setuju. Kami merasa tertantang untuk menjadi yang pertama menanam tembakau di kudus,” ucapnya pada Murianews.com baru-baru ini.
Poktan yang dikoordinatorinya inipun mendapat bantuan sekitar 26 ribu bibit tanaman dari Dinas Pertanian Dan Pangan Kudus. Mereka pun memulainya dengan proses semai dan pemotrenan selama kurang lebih 45 hari.
Barulah setelah itu akan dipindah ke lahan tanam seluas dua hektare dengan jarak tanam 70 X 80 sentimeter.
Masa tanamnya butuh waktu waktu antara tiga sampai empat bulan. Estimasi satu pohonnya bisa menghasilkan kurang lebih empat kilogram daun tembakau.
”Berarti hasil panen dari satu hektare itu sekitar empat kilogram dikali 13 ribu tanaman tembakau, hasilnya kurang lebih 52 ton daun tembakau basah. Karena kami menanam dua hektare berarti hasilnya dikalikan dua, ya kira-kira nanti 104 ton,” ungkapnya.
Terkait rencana pendistribusian tembakau milik mereka, suhardi mengaku belum memikirkannya. Apalagi pihak dinas menjamin akan mencarikan pasar bagi mereka.
”yang terpenting saat ini kami fokus menanam tembakau dulu dan biar bisa hidup lalu dipanen,” tandasnya.



