Kamis, 20 November 2025

Era suksesnya? Apalagi kalau bukan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden keenam ini mempopularkan Tenun Troso di acara-acara kenegaraan. Ryan bahkan menyebut kala itu tidak ada orang miskin di Jepara karena Troso berhasil melenggang di daftar kain ternama di Indonesia.

”Iya waktu itu kalau bisa dibilang tidak ada orang miskin di Jepara karena semua menjadi perajin tenun,” tuturnya sembari tersenyum.

Melihat peluang ini, Ryan pun kemudian melakukan pinjaman modal usaha lagi kepada Pertamina. Benefitnya? Dua kali lipat dirasakannya kali ini. Pertamina kerap mengajaknya pameran. Tak hanya di Indonesia, namun juga Mancanegara.

Terbang ke Belanda dan Negeri Panda, China untuk pameran berskala dunia adalah yang paling Ia ingat. Bagaimana tidak, tenun Troso yang tidak disangkanya bisa mendunia, kini diketahuinya diminati dan digemari dua warga negara berbeda.

Di Belanda sekitar 2010-an, di pameran lokal ia membawa banyak kain tenun Troso. Berbox-box kain pun ludes terjual. Kemudian pada 2019, di China International Import Expo, pakaian batiknya laris manis digemari masyarakat lokal.

Meski diberitahu secara mepet, ia tetap menangkap peluang sekecil apapun itu. Tak ada persiapan khusus, segala produk unggulannya ia bawa ke pameran di dua negara tersebut. Diminati, terjual dan habis. Ia pulang dengan membawa sederet pengalaman.

”Kami benar-benar berterimakasih kepada Pertamina karena memang dengan ikut pameran-pameran ini sangat membantu sekali. Produk kami jadi makin dikenal banyak orang,” ungkapnya.

Peningkatan usaha pun makin dirasakan oleh Ryan. Namun sayangnya, tiga bulan setelah mendapat ilmu barunya, Pandemi Covid-19 melanda. Semua usaha mati suri termasuk si Dewi Shinta yang harus tidur sementara.

Beruntungnya, sambung dia, Pertamina memberikan ruang bagi pelaku usaha di bawah binaannya untuk berkreasi, meningkatkan skil pemasaran hingga menyediakan forum Dimana buyer dan seller bertemu.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler