Dia menegaskan akan melakukan aksi dan berjuang hingga tuntutannya terpenuhi. Yakni pembatalan kenaikan tarif PBB Cirebon yang hampir seribu persen.
”Kalau di Pati bisa, kita juga harus bisa. Kami akan terus berjuang sampai tuntutan ini dikabulkan,” tekannya.
Di Pati sendiri demo 13 Agustus berakhir ricuh. Puluhan orang dinyatakan mengalami luka-luka. Meski begitu, upaya masyarakat untuk membatalkan kebijakan sudah berhasil.
Murianews, Cirebon – Demo 13 Agustus yang terjadi di Pati Jawa Tengah akibat naiknya tarif PBB yang tidak wajar mulai menjadi contoh bagi wilayah lain.
Terbaru, sejumlah kelompok warga di Cirebon, Jawa Barat ingin melakukan hal yang sama usai pemerintah setempat menaikkan tarif PBB bahkan hingga 1000 persen.
Salah satu kelompok yang bersiap melayangkan aksi protes dengan berdemo adalah dari Paguyuban Pelangi Cirebon. Juru bicara mereka, Hetta Mahendrati kebijakan PBB Cirebon naik dinilai sangat memberatkan masyarakat dan tidak masuk akal.
Hetta secara terang-terangan menjadikan kasus demo 13 Agustus di Pati sebagai tolak ukur perjuangan mereka.
Keberhasilan warga Pati memaksa pemerintahnya membatalkan kenaikan PBB menjadi suntikan semangat dan optimisme bagi warga Cirebon.
”Kebijakan ini bikin kami kecewa. Kenapa di Cirebon tidak bisa juga yang hampir naik 1000 persen. Kami tidak pernah berhenti berjuang. Asal wartawan tahu, kami berjuang sampai kapan pun,” tegas Hetta sebagaimana dilansir dari suara, Kamis (14/8/2025).
Tetap lanjut..
Dia menegaskan akan melakukan aksi dan berjuang hingga tuntutannya terpenuhi. Yakni pembatalan kenaikan tarif PBB Cirebon yang hampir seribu persen.
”Kalau di Pati bisa, kita juga harus bisa. Kami akan terus berjuang sampai tuntutan ini dikabulkan,” tekannya.
Di Pati sendiri demo 13 Agustus berakhir ricuh. Puluhan orang dinyatakan mengalami luka-luka. Meski begitu, upaya masyarakat untuk membatalkan kebijakan sudah berhasil.
Usaha mereka melengserkan Bupati Sudewo juga kini sedang berlangsung melalui hak angket.