Meskipun sejarah mencatat beberapa presiden lengser setelah kunjungan ke Mesir, korelasi tersebut tidak memiliki dasar ilmiah atau bukti yang jelas. Faktor politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia lebih mungkin menjadi penyebab utama kejatuhan para presiden, daripada kunjungan ke negeri Sungai Nil.
Keputusan Prabowo Subianto untuk tetap bertolak ke Mesir menunjukkan keberanian dan fokus pada kepentingan diplomasi Indonesia. Kunjungan ini juga diharapkan dapat menjadi tonggak baru dalam hubungan bilateral Indonesia-Mesir sekaligus memperkuat kerja sama multilateral melalui kepemimpinan Indonesia di D-8.
Murianews, Jakarta – Kunjungan Presiden Prabowo ke Mesir pada Desember 2024 ini, kembali memunculkan mitos soal Mesir dan kejatuhan kekuasaan presiden RI.
Sejak era Bung Karno hingga kini, sejarah mencatat berbagai peristiwa yang memunculkan mitos ini. Meskipun tidak sepenuhnya terbukti secara objektif, mitos ini telah menjadi pembicraan.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah catatan sejarah kunjungan presiden Indonesia ke Mesir dan hubungannya dengan dinamika kekuasaan di Tanah Air. Sehingga memunculkan mitos tentang Mesir dan Kejatuhan Kekuasan Presiden RI.
Bung Karno: Membuka Hubungan Diplomatik Indonesia-Mesir Pertama kalinya
Soekarno menjadi presiden RI yang paling sering berkunjung ke Mesir, sebanyak enam kali antara 1955 hingga 1965. Kunjungan terakhirnya terjadi pada Juni 1965.
Dari kunjungan terakhirnya itu, tiga bulan kemudian Soekarno dilengserkan pasca-peristiwa G30S. Sebuah momen politik nasional yang mengguncang stabilitas politik Indonesia.
Mesir memiliki hubungan khusus dengan Bung Karno karena negara ini merupakan salah satu yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Namun, fakta bahwa kunjungan terakhir Soekaarno diikuti kejatuhan kekuasaannya, menjadi awal dari munculnya mitos kejatuhan presiden Indonesia yang berkunjung ke Mesir.
Soeharto...
Soeharto: Kunjungan yang Mengakhiri Kekuasaan 32 Tahun
Presiden kedua RI, Soeharto, melakukan dua kunjungan resmi ke Mesir. Kunjungan pertama pada 1977 tidak menimbulkan efek apapun. Namun, kunjungan keduanya pada Mei 1998, di tengah krisis multidimensi di Indonesia, menjadi perjalanan terakhirnya sebagai presiden.
Saat itu, Soeharto menghadiri KTT G-15 di Kairo, namun kepulangannya ke Indonesia langsung diikuti oleh gelombang demonstrasi dan kerusuhan besar. Tak mampu mengendalikan situasi, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
Gus Dur: Dilengserkan Pasca-Kunjungan ke Mesir
Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mengunjungi Mesir dua kali selama masa jabatannya. Kunjungan kedua pada Februari 2001 dalam rangka KTT D-8 menjadi salah satu perjalanannya sebagai kepala negara. Dua bulan setelah itu, Gus Dur dimakzulkan melalui Sidang Istimewa MPR pada Juli 2001.
Kejatuhan Gus Dur semakin memperkuat mitos bahwa kunjungan presiden Indonesia ke Mesir menjadi pertanda buruk bagi kelangsungan kekuasaan mereka.
Megawati dan SBY: Pengecualian terhadap Mitos
Berbeda dengan pendahulunya, Presiden Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak mengalami dampak negatif setelah kunjungan mereka ke Mesir.
Megawati melawat ke Mesir pada September 2002 dalam rangka kunjungan bilateral, dan masa jabatannya berakhir sesuai konstitusi pada 2004. Sedangkan SBY mengunjungi Mesir dua kali, pada 2004 dan 2013.
Kunjungan pertama SBY ke Mesir adalah menghadiri penghormatan terakhir untuk Presiden Palestina Yasser Arafat. Sedangkan kunjungan kedua ke Mesir untuk menghadiri KTT OKI. Kedua kunjungan tersebut tidak memengaruhi stabilitas politik pemerintahannya.
Mitos...
Mitos yang Belum Tentu Benar
Meskipun sejarah mencatat beberapa presiden lengser setelah kunjungan ke Mesir, korelasi tersebut tidak memiliki dasar ilmiah atau bukti yang jelas. Faktor politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia lebih mungkin menjadi penyebab utama kejatuhan para presiden, daripada kunjungan ke negeri Sungai Nil.
Keputusan Prabowo Subianto untuk tetap bertolak ke Mesir menunjukkan keberanian dan fokus pada kepentingan diplomasi Indonesia. Kunjungan ini juga diharapkan dapat menjadi tonggak baru dalam hubungan bilateral Indonesia-Mesir sekaligus memperkuat kerja sama multilateral melalui kepemimpinan Indonesia di D-8.