Rencana pemakaman Paus Fransiskus menegaskan warisan uniknya yang mencerminkan nilai-nilai hidup yang ia perjuangkan selama masa kepausannya. Menurut rencana Paus Fransiskus akan dimakamkan denga cara yang sederhana, berbeda dengan tradisi yang pernah ada.
Seperti dilansir dari The Mirror, kabar duka meninggalnya Paus Fransiskus disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell dari Casa Santa Marta, kediaman sederhana Paus Fransiskus di dalam Vatikan. Kabar ini langsung meniupkan awan duka ke seluruh dunia.
Meninggal dunia dua bulan setelah menjalani perawatan untuk bronkitis di Rumah Sakit Gemelli, Roma, kondisi Paus Fransiskus memang sempat memburuk dalam beberapa waktu terakhir. Meski begitu, bahkan dalam masa-masa terakhirnya, ia tetap mengatur dan merevisi sendiri detail pemakamannya—sebuah tindakan yang mencerminkan kendali spiritual dan moral yang ia pegang sepanjang hidupnya.
Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, memutuskan untuk menanggalkan berbagai simbol kemegahan yang selama ini melekat pada pemakaman seorang paus. Dalam revisi upacara pemakaman yang diumumkan Vatikan pada November 2024, ia secara eksplisit menolak prosesi megah dan simbolis yang biasa dilakukan.
Menurut Monsinyur Diego Ravelli, pemimpin upacara liturgi Vatikan, jenazah Paus Fransiskus tidak akan dipajang di atas bir yang ditinggikan di Basilika Santo Petrus untuk dilihat umum, sebagaimana tradisi sebelumnya.
Sebaliknya, Paus Fransiskus akan disemayamkan dalam peti mati sederhana di dalam Basilika, di mana hanya pejabat gereja dan umat terbatas yang dapat memberikan penghormatan terakhir. Ia juga menghapus kebutuhan tiga peti mati bertingkat dari cemara, timah, dan ek.
"Ini adalah bagian dari upaya menegaskan bahwa pemakaman Paus Roma adalah pemakaman seorang gembala, bukan seorang penguasa duniawi," ujar Ravelli.
Murianews, Kudus — Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal karena gaya hidup sederhana dan kepeduliannya terhadap kaum marginal, telah meninggal dunia pada usia 88 tahun pada Senin (21/4/2025) pukul 07.35 waktu setempat. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia.
Rencana pemakaman Paus Fransiskus menegaskan warisan uniknya yang mencerminkan nilai-nilai hidup yang ia perjuangkan selama masa kepausannya. Menurut rencana Paus Fransiskus akan dimakamkan denga cara yang sederhana, berbeda dengan tradisi yang pernah ada.
Seperti dilansir dari The Mirror, kabar duka meninggalnya Paus Fransiskus disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell dari Casa Santa Marta, kediaman sederhana Paus Fransiskus di dalam Vatikan. Kabar ini langsung meniupkan awan duka ke seluruh dunia.
Meninggal dunia dua bulan setelah menjalani perawatan untuk bronkitis di Rumah Sakit Gemelli, Roma, kondisi Paus Fransiskus memang sempat memburuk dalam beberapa waktu terakhir. Meski begitu, bahkan dalam masa-masa terakhirnya, ia tetap mengatur dan merevisi sendiri detail pemakamannya—sebuah tindakan yang mencerminkan kendali spiritual dan moral yang ia pegang sepanjang hidupnya.
Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, memutuskan untuk menanggalkan berbagai simbol kemegahan yang selama ini melekat pada pemakaman seorang paus. Dalam revisi upacara pemakaman yang diumumkan Vatikan pada November 2024, ia secara eksplisit menolak prosesi megah dan simbolis yang biasa dilakukan.
Menurut Monsinyur Diego Ravelli, pemimpin upacara liturgi Vatikan, jenazah Paus Fransiskus tidak akan dipajang di atas bir yang ditinggikan di Basilika Santo Petrus untuk dilihat umum, sebagaimana tradisi sebelumnya.
Sebaliknya, Paus Fransiskus akan disemayamkan dalam peti mati sederhana di dalam Basilika, di mana hanya pejabat gereja dan umat terbatas yang dapat memberikan penghormatan terakhir. Ia juga menghapus kebutuhan tiga peti mati bertingkat dari cemara, timah, dan ek.
"Ini adalah bagian dari upaya menegaskan bahwa pemakaman Paus Roma adalah pemakaman seorang gembala, bukan seorang penguasa duniawi," ujar Ravelli.
Sederhana...
Langkah ini sejalan dengan gaya hidupnya sejak awal terpilih sebagai paus pada Maret 2013. Saat itu, Paus Fransiskus menolak tinggal di apartemen mewah Istana Apostolik. Dirinya malah memilih tinggal di wisma sederhana Casa Santa Marta.
Paus Fransiskus juga diketahui menolak kendaraan kepausan dan memilih naik bus bersama para kardinal lainnya. Selain itu dirinya juga membayar sendiri tagihan hotel, pada malam setelah terpilih menjadi Paus.
Jauh sebelum kepausannya, ketika masih menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, ia dikenal sebagai "Uskup Kumuh" karena kedekatannya dengan masyarakat miskin di kawasan Barrio. Paus Fransiskus juga tidak tinggal di kediaman resmi uskup, melainkan di apartemen kecil, memasak makanannya sendiri, dan bepergian dengan transportasi umum.
Dalam satu lagi keputusan yang mengguncang tradisi, Paus Fransiskus tidak akan dimakamkan di Gua Vatikan di bawah Basilika Santo Petrus, tempat peristirahatan bagi banyak paus sebelumnya. Sebagai gantinya, ia memilih Basilika Santa Maria Maggiore, tempat yang sangat ia cintai karena keberadaan ikon Maria "Salus Populi Romani" (Pelindung Rakyat Roma).
Dalam wawancaranya dengan Televisa Meksiko, Paus Fransiskus mengatakan bahwa setiap kali kembali dari perjalanan apostolik, ia selalu berdoa di depan ikon tersebut. Karena dia meyakini itu adalah pengabdian besar dirinya.
Dengan segala penyederhanaan dan keberpihakan kepada nilai-nilai Injil, Paus Fransiskus meninggalkan jejak mendalam sebagai pemimpin gereja yang menantang kemapanan demi mendekatkan gereja kepada umatnya. Bahkan dalam kematian, Paus Fransiskus tetap menunjukkan bahwa jabatan tertinggi dalam Gereja Katolik tidak harus dibalut dalam kemewahan.
Rencananya pemakaman Paus Fransiskus akan dilangsungkan di Lapangan Santo Petrus dalam beberapa hari mendatang. Para pemimpin dunia, pemuka agama, serta ribuan umat yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada sosok yang telah menjadi simbol moralitas, keberanian, dan kesederhanaan di era modern diperkirakan akan hadir.