Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa program pompanisasi yang saat ini gencar dilaksanakan di seluruh Indonesia berdampak positif terhadap produksi padi nasional. Program ini dianggap sebagai solusi cepat bagi sektor pertanian di tengah masa kekeringan yang melanda.

”Pompanisasi bahkan menjadi pilihan tepat dan strategis bagi masa depan Indonesia yang kini tengah menghadapi ancaman darurat pangan,” kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Moch Arief Cahyono dikutip dari Antara, Kamis (8/8/2024).

Arief menyampaikan, pada periode Juni dan Juli 2024, terjadi surplus produksi padi hingga 700 ribu ton. Klaim ini sejalan dengan data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu.

Menurutnya, surplus tersebut merupakan hasil dari masifnya gerakan pompanisasi yang dilakukan oleh Kementan. Pasalnya, saat ini pertanian di Indonesia tengah menghadapi tantangan berat akibat kondisi El Nino yang berkepanjangan, yang menyebabkan banyak lahan pertanian kering dan tidak produktif.

”Pompanisasi adalah upaya cepat pemerintah menghadapi cuaca saat ini. Kita butuh solusi cepat. Sudah ada bukti kok dibilang tidak efektif. Sumber air yang masih ada, kita tarik agar sawah di sekitarnya masih bisa bertani,” ujar Arief.

Arief menjelaskan, strategi pemasangan pompa air telah mempertimbangkan kondisi lahan dan kebutuhan air untuk memaksimalkan hasil pertanian di berbagai daerah sentra pangan. Ia menambahkan bahwa revitalisasi saluran irigasi memang penting, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama, sementara Kementan bergerak sesuai dengan kewenangannya.

”Kalau menunggu perbaikan irigasi, kapan sawahnya kita kasih air? Kekeringan sudah terjadi di beberapa tempat. Kita berkejaran dengan waktu. Telat tanam berarti kita tidak berproduksi,” tegasnya.

Arief juga mengungkapkan bahwa program Kementan saat ini membutuhkan dukungan dari semua pihak. Seluruh elemen di Kementan sedang berkonsentrasi turun ke lapangan untuk Perluasan Areal Tanam (PAT), mengoptimalkan lahan yang ada, dan memasang pompa air di wilayah yang potensial untuk tetap berproduksi di musim kemarau.

”Pak Mentan Amran, Pak Wamentan Sudaryono, para pejabat dan staf turun semua ke lapangan. Semua terbagi dalam posko-posko di provinsi dan kabupaten. Ini soal penyediaan pangan yang serius. Telat tanam, berarti masalah produksi,” lanjut Arief.

Ia juga menilai pernyataan yang menyebut pompanisasi sebagai program yang kurang efektif sangat berbahaya dan menyakiti hati petani. Saat ini, Kementan dan petani sedang berjuang untuk memperluas areal tanam di lahan-lahan tadah hujan yang kondisinya sangat memprihatinkan.

”Kementan sedang berjuang mengatasi dampak perubahan iklim secara cepat, dan petani senang kok. Kunci bertani kan ketersediaan air. Itu yang sedang kita garap untuk petani. Jadi mari dukunglah upaya ini,” tambah Arief.

Oleh karena itu, ia mengajak para akademisi dan pengamat untuk bersama-sama mengawasi program tersebut agar berjalan dengan baik, bahkan mempersilakan jika ingin terlibat langsung dalam program nyata membantu petani.

”Kita sudah sebar lebih dari 30 ribu pompa air. Kita ingin swasembada cepat dan selesai dengan urusan impor pangan. Jadi dukunglah kerja Kementan,” tutup Arief.

Komentar

Terpopuler