Jumat, 21 November 2025

Murianews, Jakarta – Eskalasi perang saudara di Sudan terus memburuk setelah Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Force/RSF) pada Selasa (27/10/2025) menyerbu dan menguasai El Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara.

Penguasaan benteng terakhir militer Sudan di Darfur ini oleh pejuang paramiliter yang bergerak menggunakan kendaraan, unta, dan berjalan kaki, disebut Sekretaris Jenderal PBB sebagai eskalasi yang mengerikan.

Dikutip dari Antara, RSF dilaporkan membunuh puluhan warga sipil dan menahan ratusan lainnya sejak mengambil alih pangkalan militer di kota tersebut pada Minggu (26/10/2025).

Jaringan Dokter Sudan, sebuah kelompok medis, melaporkan penculikan lima pekerja medis, termasuk dokter dan apoteker, di kota tersebut.

Jenderal Abdel-Fattah Burhan, Panglima Militer Sudan, mengatakan pasukannya mundur dari El Fasher untuk menyelamatkan warga sipil dari penghancuran sistemik, dan pembunuhan sistematis yang dilakukan oleh RSF setelah lebih dari 18 bulan pengepungan.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyatakan telah menerima laporan yang kredibel mengenai kekejaman yang terjadi di El Fasher.

Kekejaman tersebut meliputi eksekusi di tempat, serangan terhadap warga sipil di sepanjang rute pelarian, penggerebekan dari rumah ke rumah, dan kekerasan seksual, terutama terhadap perempuan dan anak perempuan.

Laboratorium Penelitian Kemanusiaan Sekolah Kesehatan Masyarakat Yale juga menerbitkan laporan berdasarkan citra satelit yang mengindikasikan bahwa pasukan RSF melakukan dugaan pembunuhan massal pasca merebut El Fasher.

Citra Satelit...

Citra satelit menunjukkan benda-benda yang konsisten dengan ukuran tubuh manusia dan adanya perubahan warna tanah menjadi kemerahan di dekat kendaraan RSF.

Akibat peningkatan kekerasan, ribuan orang berupaya melarikan diri. Badan migrasi PBB memperkirakan lebih dari 26.000 orang telah berhasil meninggalkan kota tersebut.

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler