Melalui alat ini, desa ini berhasil mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus memperoleh manfaat ekonomi dari pengelolaan sampah rumah tangga.
Alat sederhana ini berbentuk menyerupai bangunan perapian dengan dua lubang. Lubang atas digunakan untuk memasukkan sampah, sedangkan lubang bawah berfungsi untuk mengambil sisa pembakaran.
Meskipun menggunakan sistem bakar, asap yang dihasilkan minim sehingga lebih ramah lingkungan dibanding pembakaran sampah secara terbuka. Alat ini juga efektif menekan kebiasaan masyarakat yang sebelumnya sering membuang sampah ke sungai.
Seiring waktu, alat tersebut dinilai cukup efektif dan akhirnya diadopsi oleh pemerintah desa.
Pada 2024, pemerintah desa mengembangkan alat ciptaannya dengan kapasitas lebih besar dan memasukkannya dalam perencanaan pembangunan melalui Dana Desa 2025 dengan anggaran sekitar Rp 15 juta.
Kini alat pengolah sampah itu telah terealisasi dan dimanfaatkan selama sekitar enam bulan sejak awal tahun.
Murianews, Rembang – Desa Meteseh, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, membuat inovasi alat pengolah sampah bernama Inseminator Sampah Sederhana (INSANA).
Melalui alat ini, desa ini berhasil mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus memperoleh manfaat ekonomi dari pengelolaan sampah rumah tangga.
Alat sederhana ini berbentuk menyerupai bangunan perapian dengan dua lubang. Lubang atas digunakan untuk memasukkan sampah, sedangkan lubang bawah berfungsi untuk mengambil sisa pembakaran.
Meskipun menggunakan sistem bakar, asap yang dihasilkan minim sehingga lebih ramah lingkungan dibanding pembakaran sampah secara terbuka. Alat ini juga efektif menekan kebiasaan masyarakat yang sebelumnya sering membuang sampah ke sungai.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Meteseh Suko Siswanto menceritakan, inovasi tersebut bermula dari pembuatan alat yang digunakan secara pribadi pascabanjir besar yang melanda desa pada 2022.
Seiring waktu, alat tersebut dinilai cukup efektif dan akhirnya diadopsi oleh pemerintah desa.
Pada 2024, pemerintah desa mengembangkan alat ciptaannya dengan kapasitas lebih besar dan memasukkannya dalam perencanaan pembangunan melalui Dana Desa 2025 dengan anggaran sekitar Rp 15 juta.
Kini alat pengolah sampah itu telah terealisasi dan dimanfaatkan selama sekitar enam bulan sejak awal tahun.
Sistem Iuran...
Sejak dibangun, sebanyak 151 Kepala Keluarga (KK) ikut serta memanfaatkan alat ini dengan sistem iuran. Setiap KK mendapatkan keranjang sampah yang diambil petugas setiap tiga hari sekali dengan biaya operasional Rp 20 ribu per bulan.
Warga yang membutuhkan tambahan keranjang dikenai biaya tambahan Rp 10 ribu. Suko menjelaskan, sebelum dibakar, sampah terlebih dahulu dipilah.
Bahan yang masih memiliki nilai ekonomi dimanfaatkan untuk menunjang operasional, sementara sampah tak bernilai langsung dimasukkan ke dalam INSANA.
”Yang masih bernilai ekonomi kita pilah dan bisa kita gunakan untuk beli minuman buat petugas yang ambil sampah. Sedangkan sampah yang tidak memiliki nilai rupiah akan langsung dibakar, baik sampah kering maupun sampah basah,” jelas Suko, dilansir dari laman Pemkab Rembang.
Manfaat INSANA tidak berhenti pada pengurangan volume sampah. Sisa hasil pembakaran berupa abu juga ditampung dan digunakan sementara untuk menutup atau menguruk lahan kosong.
Ke depan, Karang Taruna Desa Meteseh berencana memanfaatkan abu tersebut untuk membuat paving block. Paving block itu nantinya akan digunakan membangun jalur jogging track di kawasan embung desa, sekaligus menambah fasilitas olahraga bagi warga.
”Karena dari karang taruna Desa Meteseh ini ada tiga embung yang dikelola, pengennya salah satunya nanti dibuat jogging track,” ucapnya.
Inovasi pengelolaan sampah ini menarik perhatian desa lain, baik dari wilayah Rembang maupun luar daerah. Beberapa waktu lalu, perwakilan Desa Gandrirejo, Kecamatan Sedan, datang untuk melihat langsung cara kerja INSANA dan berencana menganggarkan pembuatannya.
Kunjungan Dari Sidoarjo...
Kunjungan serupa juga datang dari Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Suko berharap, inovasi INSANA dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Kabupaten Rembang.
”Kalau setiap desa bisa mengelola sampah, pasti sungainya bersih, lingkungannya bersih, dan masyarakatnya juga lebih sehat,” pungkasnya.