Tak Melaut, Nelayan Rembang Beralih Pekerjaan jadi Pekerja Bangunan
Edy Sutriyono
Sabtu, 15 Juli 2017 12:00:55
Suharto, salah seorang nelayan, setelah Syawalan atau sedekah laut kapal, biasanya cantrang harus mulai melaut untuk mencari ikan.
"Mau bagaimana lagi, kapal belum melaut karena cantrang dilarang. Kami mencari pekerjaan sementara untuk menambal kebutuhan. Yakni pekerja bangunan yang dilakukan di Rembang," kata Suharto.
Pekerjaan tersebut dilakukan di Rembang. Menurutnya, yang penting dia bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Termasuk memenuhi kebutuhan sekolah anaknya.
Dari pantuan MuriaNewsCom, ratusan kapal cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang hingga saat ini masih bersandar.
Yuharti, salah seorang pekerja di tempat pengolahan ikan memilih menjadi buruh serabutan di tambak garam, untuk bisa memenuhi kebutuhannya."Saya milih kerja serabutan di lahan garam atau pembuatan garam. Baik itu menjadi tukang angkut garam. Meskipun tidak bekerja tiap hari, tapi bisa dapat penghasilan sebesar Rp 25 hingga Rp 30 ribu. Saya bisa membeli kebutuhan rumah tangga,” ujar Yuharti.
Editor : Akrom Hazami
Murianews, Rembang - Dilarang melautnya kapal cantrang Rembang membuat nelayan Rembang beralih jadi buruh bangunan. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Suharto, salah seorang nelayan, setelah Syawalan atau sedekah laut kapal, biasanya cantrang harus mulai melaut untuk mencari ikan.
"Mau bagaimana lagi, kapal belum melaut karena cantrang dilarang. Kami mencari pekerjaan sementara untuk menambal kebutuhan. Yakni pekerja bangunan yang dilakukan di Rembang," kata Suharto.
Pekerjaan tersebut dilakukan di Rembang. Menurutnya, yang penting dia bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Termasuk memenuhi kebutuhan sekolah anaknya.
Dari pantuan MuriaNewsCom, ratusan kapal cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung Rembang hingga saat ini masih bersandar.
Yuharti, salah seorang pekerja di tempat pengolahan ikan memilih menjadi buruh serabutan di tambak garam, untuk bisa memenuhi kebutuhannya.
"Saya milih kerja serabutan di lahan garam atau pembuatan garam. Baik itu menjadi tukang angkut garam. Meskipun tidak bekerja tiap hari, tapi bisa dapat penghasilan sebesar Rp 25 hingga Rp 30 ribu. Saya bisa membeli kebutuhan rumah tangga,” ujar Yuharti.
Editor : Akrom Hazami
