Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jepara – Gong Senin yang berada di samping Pendapa RA Kartini Jepara, Jawa Tengah, ditabuh jelang malam 1 Sura. Tradisi ini rutin digelar saban pergantian tahun di penanggalan Jawa.

Tak seperti biasanya, Gong Senin yang umumnya ditabuh setiap Senin pagi, sore ini Selasa (18/7/2023) ditabuh. Sebelum ditabuh, mula-mula seorang penabuh membakar kemenyan dan dupa.

Delapan lelaki itu lalu menabuh dengan alunan sederhana. Aroma dupa, kemenyan dan kembang tujuh rupa menyeruak seiring bonang, kenong, genjur, kecrek dan gendang ditabuh penuh hikmat.

Bambang Panji Kesworo (65), salah satu penabuh senior mengaku sudah lebih dari 50 tahun menjadi penabuh Gong Senin. Tak sembarang orang bisa menjadi penabuh. Hanya orang-orang pilihan yang secara turun temurun bisa menabuh gong yang dianggap keramat itu.

”Saya sejak SD dulu sudah jadi penabuh Gong Senin,” kata Bambang.

Konon, lanjut Bambang, Gong Senin itu memiliki keramat atau kekuatan magis tersendiri. Dari cerita yang dia terima, sekitar tahun 1955 silam, Gong Senin tidak ditabuh pada Senin pagi. Akibatnya terjadi bencana besar.

”Ada angin dan hujan kencang. Gongnya bertebaran. Pilar-pilar pendapa rusak. Ada bencana di laut,” ungkap Bambang.

Untuk itu, setiap Senin pagi Gong Senin selalu ditabuh mulai pukul 06.00 WIB sampai sebelum pukul 07.00 WIB. Tujuannya yaitu supaya tidak terjadi bencana. Selain itu, selama dimainkan, doa-doa untuk keselamatan pemerintah dan masyarakat Jepara juga dirapalkan.

Bambang menambahkan, sampai saat ini Gong Senin tidak pernah diservis atau diganti. Berdasarkan penelitian salah orang asal Belgia yang datang 15 tahun silam, Gong Senin diperkirakan sudah berusia lebih dari 400 tahun.

Bahkan, kata Bambang, sampai kini tidak ada orang yang berani menyuci Gong Senin. Tak seperti tradisi jamasan senjata atau benda-benda pusaka di lain tempat, menjelang malam 1 Suro Gong Senin hanya ditabuh dan diselamati tanpa dicuci.

Selain Senin pagi, Gong Senin juga ditabuh pada 1 Syawal dan 1 Sura. Bagi Bambang, tradisi itu harus terus dijalankan untuk menjaga warisan leluhur Jepara.

 

Editor: Supriyadi

Komentar

Terpopuler