Kamis, 20 November 2025

Murianews, Jepara – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Jepara terus melonjak. Bahkan, dua orang di antaranya meninggal dunia.

Plt Wakil Direktur Pelayanan RSUD RA Kartini Jepara, Amirudin menyebutkan, selama Januari 2024, tercatat 145 pasien yang terjangkit DBD. Angka itu naik sejak Oktober 23 pasien, November 31 pasien dan Desember 47 pasien.

Mereka rata-rata berusia anak-anak, atau 0-10 tahun. Lonjakan itu mengharuskan pihak rumah sakit menambah empat bet.

"Dua pasien meninggal dunia. Satu anak berusia 7 tahun. Satu orang dewasa berusia 72 tahun," sebut dokter yang akrab disapa Dino itu, Selasa (30/1/2024).

Karena kasus terus melonjak, lanjut Dino, pihak rumah sakit menyiapkan sistem roling tenaga kesehatan (nakes) untuk dialihkan ke ruang anak yang terjangkit DBD. Sehingga diharapkan bisa memberikan pelayanan maksimal.

Terpisah, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jepara, dr Eko Cahyo Puspeno, menyatakan bahwa data yang dipegangnya berbeda dengan RSUD RA Kartini. Berdasarkan data E-DBD Provinsi Jawa Tengah, selama Januari 2024 tercatat ada 18 kasus positif DBD, 120 suspek dan satu orang meninggal dunia.

Eko menjelaskaan, lonjakan kasus DBD ini tidak lain karena memasuki musim penghujan. Menurutnya, tren kasus DBD akan meningkat Februari hingga Maret 2024.

"Ini penyakit musiman. Masyarakat pun mestinya sudah paham itu. Termasuk pencegahan dan penanganannya," kata Eko.

Menurut Eko, anak-anak lebih mudah terjangkit DBD dibanding orang dewasa. Alasannya, sistem kekebalan tubuh anak-anak lebih rendah dibanding orang dewasa.

Pihaknya menerangkan, nyamuk Aedes Aegypti seringkali menggigit manusia pada pagi dan sore hari. Puncaknya, pukul 07.00-09.00 WIB dan 15.00 WIB.

Dinkes Kabupaten Jepara telah jauh-jauh hari melibatkan Puskesmas, kecamatan dan desa untuk mencegah penyebaran DBD. Aksi yang dilakukan seperti penyuluhan keliling ke masyarakat untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

Masyarakat diajak untuk rutin melaksanakan gerakan 3M plus. Yaitu menguras tempat penampungan air, menutup penampungan air, mengubur tempat-tempat penampung air yang tidak berfungsi dan mencegah gigitan serta perkembangbiakan nyamuk.

"Gerakan ini harus rutin dilakukan. Minimal rutin seminggu sekali. Baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Di tempat-tempat sempit dan tersembunyi," jelas Eko.

Selain itu, imbuh Eko, Dinkes juga telah dan akan melaksanakan voging. Voging dilakukan dengan kriteria tertentu. Antara lain didahului dengan penyelidikan epidemiologi, penelusuran jumlah orang yang terjangkit DBD dan angka bebas jentik di lingkungan setempat.

"Jika ada indikasi-indikasi yang mengarah ke DBD, segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat," tandas Eko.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler