Kegiatan ini diselenggarakan setiap tanggal 8 Syawal atau saat Lebaran Ketupat, yang pada tahun ini jatuh pada Rabu (17/4/2024).
Even ini selalu dinantikan masyarakat. Sejak pukul 05.30 WIB, kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujungbatu, Kecamatan Jepara, sudah ramai warga. Sekitar sepuluh ribu orang tumplek blek sangat antusias melihat prosesi sedekah laut itu.
Saat matahari mulai tampak, ratusan perahu nelayan mulai merapat ke dermaga. Para nelayan mengajak serta sanak saudara untuk ikut melarung sesaji kepala kerbau.
Kepala kerbau yang ditaruh di miniatur perahu dibawa dengan kapal utama yang berisi para pejabat pemerintah daerah. Sesaji diarak menuju dekat Pulau Panjang. Ratusan perahu pun ikut mengiringi perayaan sakral bagi nelayan itu.
Sesampainya di titik yang sudah ditentukan, sesaat sebelum dilarung, doa-doa dipanjatkan. Kemudian, pelan-pelan miniatur perahu ditenggelamkan.
Tak berselang lama, belasan pria langsung melompat dari perahu mereka. Mereka berebut sesaji yang ada di dalam perahu itu. Terutama yang menempel di kepala kerbau.
Rebutan sesaji ini menjadi momen paling seru dan ditunggu banyak orang. Kemelut yang terjadi membuat suasana menjadi sangat meriah. Kemudian, para nelayan langsung menyirami perahu masing-masing dengan air laut.
Selesai larungan, rombongan perahu membubarkan diri. Perahu-perahu harus memutari Pulau Panjang sebelum pulang ke rumah masing-masing. Rombongan pejabat mendarat di Pelabuhan Kartini Jepara.
Murianews, Jepara – Masyarakat pesisir Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, memiliki tradisi larungan kepala kerbau di lautan. Tradisi ini juga disebut dengan Pesta Lomban atau pekan syawalan.
Kegiatan ini diselenggarakan setiap tanggal 8 Syawal atau saat Lebaran Ketupat, yang pada tahun ini jatuh pada Rabu (17/4/2024).
Even ini selalu dinantikan masyarakat. Sejak pukul 05.30 WIB, kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujungbatu, Kecamatan Jepara, sudah ramai warga. Sekitar sepuluh ribu orang tumplek blek sangat antusias melihat prosesi sedekah laut itu.
Saat matahari mulai tampak, ratusan perahu nelayan mulai merapat ke dermaga. Para nelayan mengajak serta sanak saudara untuk ikut melarung sesaji kepala kerbau.
Kepala kerbau yang ditaruh di miniatur perahu dibawa dengan kapal utama yang berisi para pejabat pemerintah daerah. Sesaji diarak menuju dekat Pulau Panjang. Ratusan perahu pun ikut mengiringi perayaan sakral bagi nelayan itu.
Sesampainya di titik yang sudah ditentukan, sesaat sebelum dilarung, doa-doa dipanjatkan. Kemudian, pelan-pelan miniatur perahu ditenggelamkan.

Suasana larungan kepala kerbau di Kabupaten Jepara, Rabu (17/4/2024). (Murianews/Faqih Mansyur Hidayat)
Tak berselang lama, belasan pria langsung melompat dari perahu mereka. Mereka berebut sesaji yang ada di dalam perahu itu. Terutama yang menempel di kepala kerbau.
Rebutan sesaji ini menjadi momen paling seru dan ditunggu banyak orang. Kemelut yang terjadi membuat suasana menjadi sangat meriah. Kemudian, para nelayan langsung menyirami perahu masing-masing dengan air laut.
Selesai larungan, rombongan perahu membubarkan diri. Perahu-perahu harus memutari Pulau Panjang sebelum pulang ke rumah masing-masing. Rombongan pejabat mendarat di Pelabuhan Kartini Jepara.
Penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta menyampaikan, larungan kepala kerbau ini sudah menjadi tradisi masyarakat pesisir Jepara. Pesta lomban dengan larungan kepala kerbau merupakan sedekah laut.
”Semoga para nelayan mendapat keberkahan. Hasil melaut bisa lebih banyak,” kata Edy.
Diketahui, prosesi larungan kepala kerbau ini merupakan tradisi sedekah laut yang selalu digelar sepekan setelah lebaran idulfitri. Para nelayan sengaja berhenti melaut hanya untuk merayakan larungan ini.
Editor: Zulkifli Fahmi