Ini Desa-desa Penghasil Kopi Terbaik di Jepara
Faqih Mansur Hidayat
Sabtu, 11 Mei 2024 15:16:00
Murianews, Jepara – Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, memiliki banyak desa yang menjadi lumbung penghasil kopi terbaik. Letaknya menjalar di sepanjang kaki Pegunungan Muria.
Berdasarkan catatan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Jepara, daerah penghasil kopi terbaik di Jepara tersebar di tujuh kecamatan. Atau berada di lima belas hingga dua puluh desa.
“Sekarang sudah banyak desa yang muncul sebagai penghasil kopi terbaik di Jepara,” kata Zamroni Leistiaza, Kepala Disperindag.
Di Kecamatan Keling, desa-desa penghasil kopi terbaik adalah Desa Tempur, Kunir, dan Watuaji. Lalu di Kecamatan Kembang, lumbungnya berada di Desa Sumanding, Bucu, dan Dudakawu.
Kemudian di Kecamatan Bangsri, penghasil kopi terbaik yakni Desa Papasan. Sedangkan di Kecamatan Pakisaji, lokasinya di Desa Tanjung.
Sementara di Kecamatan Batealit, kopi terbaik tersebar di Desa Batealit dan Desa Sumosari. Lalu di Kecamatan Mayong, penghasil kopi berada di Desa Bungu. Sedangkan di Kecamatan Nalumsari, penghasil kopi terbaik di Desa Bategede.
Zamroni menyebutkan, ada empat varietas kopi yang ada di Jepara. Yakni Robusta, Arabica, Ekselsa dan Liberika. Untuk jenis ekselsa dan liberika, saat ini sebarannya masih belum banyak. Pihaknya juga belum memiliki catatan produksinya.
Varietas kopi robusta tetap menjadi rajanya kopi terbaik Jepara. Saat ini luas lahan yang ditanami kopi robusta sekitar 1.800 hektare area dengan jumlah produksi sekitar 1.200-1.300 ton per tahun.
Sedangkan untuk varietas arabika, luas lahannya hanya sekitar 10 hetkare area dengan jumlah produksi 4-5 ton per tahun.
Zamroni menambahkan, geliat kopi Jepara dari tahun ke tahun terus tumbuh pesat. Sebagian besar petani juga sudah pandai dalam mengelola tanaman hingga pasar.
Pada panen raya tahun 2023 lalu, harga grean been atau biji kopi mentah yang belum disangrai dengan kualitas paling rendah laku seharga Rp 70-75 ribu per kilogram. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya harganya maksimal Rp 20 ribu per kilogram.
Editor: Budi Santoso
Murianews, Jepara – Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, memiliki banyak desa yang menjadi lumbung penghasil kopi terbaik. Letaknya menjalar di sepanjang kaki Pegunungan Muria.
Berdasarkan catatan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Jepara, daerah penghasil kopi terbaik di Jepara tersebar di tujuh kecamatan. Atau berada di lima belas hingga dua puluh desa.
“Sekarang sudah banyak desa yang muncul sebagai penghasil kopi terbaik di Jepara,” kata Zamroni Leistiaza, Kepala Disperindag.
Di Kecamatan Keling, desa-desa penghasil kopi terbaik adalah Desa Tempur, Kunir, dan Watuaji. Lalu di Kecamatan Kembang, lumbungnya berada di Desa Sumanding, Bucu, dan Dudakawu.
Kemudian di Kecamatan Bangsri, penghasil kopi terbaik yakni Desa Papasan. Sedangkan di Kecamatan Pakisaji, lokasinya di Desa Tanjung.
Sementara di Kecamatan Batealit, kopi terbaik tersebar di Desa Batealit dan Desa Sumosari. Lalu di Kecamatan Mayong, penghasil kopi berada di Desa Bungu. Sedangkan di Kecamatan Nalumsari, penghasil kopi terbaik di Desa Bategede.
Zamroni menyebutkan, ada empat varietas kopi yang ada di Jepara. Yakni Robusta, Arabica, Ekselsa dan Liberika. Untuk jenis ekselsa dan liberika, saat ini sebarannya masih belum banyak. Pihaknya juga belum memiliki catatan produksinya.
Varietas kopi robusta tetap menjadi rajanya kopi terbaik Jepara. Saat ini luas lahan yang ditanami kopi robusta sekitar 1.800 hektare area dengan jumlah produksi sekitar 1.200-1.300 ton per tahun.
Sedangkan untuk varietas arabika, luas lahannya hanya sekitar 10 hetkare area dengan jumlah produksi 4-5 ton per tahun.
Zamroni menambahkan, geliat kopi Jepara dari tahun ke tahun terus tumbuh pesat. Sebagian besar petani juga sudah pandai dalam mengelola tanaman hingga pasar.
Pada panen raya tahun 2023 lalu, harga grean been atau biji kopi mentah yang belum disangrai dengan kualitas paling rendah laku seharga Rp 70-75 ribu per kilogram. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya harganya maksimal Rp 20 ribu per kilogram.
Editor: Budi Santoso