Itu terjadi karena di musim kemarau air sulit didapat sehingga pengolahan sampah organik menjadi tidak maksimal.
”Padahal, produksi gas metan akan maksimal bila sampah tersebut memiliki kadar air cukup. Karena butuh keadaan lembap,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jepara, Aris Setiawan.
Aris menjelaskan, sebenarnya sampah dalam kondisi kering memang masih bisa memproduksi gas metan. Hanya saja, kandungan gasnya sangat kecil.
Gas metan sendiri, lanjutnya, produksinya dimulai pada 2013 silam dan dimanfaatkan untuk memasak. Sejak tahun 2014-2023, produksi gas metan tersebut telah disalurkan kepada 45 warga di Desa Kuwasen, Kecamatan Jepara yang berada di sekitar TPA Bandengan.
Mereka tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Warga yang rumahnya menyambung gas tersebut juga bisa menikmati secara gratis atau tidak dipungut biaya oleh pengelola dari TPA Bandengan.
”Gratis, (pipa) saluran dari TPA kita tidak memungut biaya. Tapi untuk KSM ada biaya kas yang mungkin harus diwajibkan untuk diisi oleh warga masyarakat yang menerima manfaat guna pemeliharaan oleh mereka sendiri,” terangnya.
Murianews, Jepara – Produksi gas metan yang bersumber dari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bandengan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, berkurang.
Itu terjadi karena di musim kemarau air sulit didapat sehingga pengolahan sampah organik menjadi tidak maksimal.
”Padahal, produksi gas metan akan maksimal bila sampah tersebut memiliki kadar air cukup. Karena butuh keadaan lembap,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jepara, Aris Setiawan.
Aris menjelaskan, sebenarnya sampah dalam kondisi kering memang masih bisa memproduksi gas metan. Hanya saja, kandungan gasnya sangat kecil.
Gas metan sendiri, lanjutnya, produksinya dimulai pada 2013 silam dan dimanfaatkan untuk memasak. Sejak tahun 2014-2023, produksi gas metan tersebut telah disalurkan kepada 45 warga di Desa Kuwasen, Kecamatan Jepara yang berada di sekitar TPA Bandengan.
Mereka tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Warga yang rumahnya menyambung gas tersebut juga bisa menikmati secara gratis atau tidak dipungut biaya oleh pengelola dari TPA Bandengan.
”Gratis, (pipa) saluran dari TPA kita tidak memungut biaya. Tapi untuk KSM ada biaya kas yang mungkin harus diwajibkan untuk diisi oleh warga masyarakat yang menerima manfaat guna pemeliharaan oleh mereka sendiri,” terangnya.
Meskipun produksi gas metan yang tersalur ke masyarakat saat ini tersendat atau terhenti, namun produksi gas metan yang di TPA Bandengan masih bisa digunakan.
Produksi gas tersebut menurutnya masih bisa diusahakan dengan menyiram tumpukan sampah di TPA Bandengan. Tetapi penyiraman tersebut tidak dilakukan karena mempertimbangkan hal lain.
”Air tersebut lebih baik disalurkan ke masyarakat yang saat ini juga terdampak kekeringan,” tegasnya.
Ia memperkirakan, bulan November nanti, saat intensitas hujan mulai turun, produksi gas metan bisa dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
"Kami upayakan saat cuaca mulai turun hujan atau cuaca mulai lembap (gas metan) bisa disalurkan kembali ke masyarakat,” pungkasnya.
Editor: Supriyadi