Adam mengaku bahwa diskusi itu sudah dikomunikasikan dengan dua paslon sejak September 2024 lalu. Surat sudah tiga kali dikirimkan. Namun Tim Mawar tidak memberikan kepastian jawaban.
Adam juga mengakui bahwa pihaknya sudah berkomunikasi informal dengan seluruh jaringannya yang berada di internal tim pemenangan. Tetapi tetap saja Tim Mawar masih bergeming.
”Kubu nomor 1 langsung konfirmasi kehadiran. Sedangkan nomor 2 baru konfirmasi tadi malam sekitar pukul sembilan. Katanya tidak bisa hadir (lewat pesan singkat). Tanpa alasan apapun,” jelas Adam.
Tak hanya itu, diskusi yang disiarkan langsung di kanal YouTube itu juga diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi masyarakat sebelum menentukan pilihan di pemilihan bupati ini.
Para mahasiswa, lanjut Adam, merasa resah dengan berbagai masalah di masyarakat. Menurutnya inilah momentum bagi para kandidat untuk menunjukkan gagasan-gagasannya dalam menyelesaikan masalah tersebut.
”Kita sangat mengapresiasi paslon nomor 1. Ini menjadi salah satu pembuktian bahwa seorang pemimpin harus berani untuk turun langsung ke rakyat, menunjukkan di permukaan. Bukan hanya diam di belakang,” tegas Adam.
Adam menambahkan, para mahasiswa menginginkan adanya pemimpin yang lahir bukan dari kelompok yang mementingkan dirinya dan kelompoknya sendiri. Tetapi menjadi pemimpin yang mampu menjawab berbagai masalah kerakyatan di Bumi Kartini.
Murianews, Jepara – Mahasiswa Unisnu Jepara, Jawa Tengah kecewa dengan pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Jepara nomor urut 2, Witiarso Utomo – Muhammad Ibnu Hajar (Wiwit-Hajar). Pasalnya, mereka tidak hadir dalam diskusi publik antarpaslon, Kamis (24/10/2024).
Diskusi bernama Panggung Rakyat itu mengangkat tema ”Jepara dengan Sederet Problematikanya” itu diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unisnu Jepara, di Auditorium Lantai 3 kampus Unisnu.
Dalam diskusi tersebut, paslon yang berani hadir hanya nomor urut 1, yaitu Nuruddin Amin – Mochammad Iqbal (Gus Nung – Iqbal Bejeu).
Ada beberapa tema yang diangkat dalam diskusi tersebut. Yaitu pendidikan, riset dan teknologi, ekonomi dan infrastruktur, sosial masyarakat dan lingkungan hidup, politik dan hukum.
Diskusi yang semestinya diatur seperti adu gagasan, akhirnya berjalan seperti forum diskusi pada umumnya.
Adam Mahfudz, Ketua Presiden Mahasiswa BEM Unisnu merasa sangat kecewa dengan Wiwit-Hajar. Tak hanya mahasiswa, menurutnya ketidakhadiran itu juga akan membuat masyarakat Kabupaten Kecewa.
”Kami sangat-sangat kecewa. Kekecewaan ini mungkin tidak dari saya dan teman-teman mahasiswa. Akan tetapi dari seluruh elemen. Kita sudah susah payah bikin kegiatan ini. Bahkan kegiatan ini pun tidak dibantu secara keuangan sepeserpun dari kampus, artinya ini usaha sendiri dari panitia. Tetapi paslon nomor 2 malah tidak datang,” ungkap Adam.
Adam mengaku bahwa diskusi itu sudah dikomunikasikan dengan dua paslon sejak September 2024 lalu. Surat sudah tiga kali dikirimkan. Namun Tim Mawar tidak memberikan kepastian jawaban.
Adam juga mengakui bahwa pihaknya sudah berkomunikasi informal dengan seluruh jaringannya yang berada di internal tim pemenangan. Tetapi tetap saja Tim Mawar masih bergeming.
”Kubu nomor 1 langsung konfirmasi kehadiran. Sedangkan nomor 2 baru konfirmasi tadi malam sekitar pukul sembilan. Katanya tidak bisa hadir (lewat pesan singkat). Tanpa alasan apapun,” jelas Adam.
Padahal, lanjut Adam, para mahasiswa Jepara sudah sangat menunggu momentum kemunculan paslon di ruang publik, terutama di forum-forum diskusi. Mereka ingin mendapatkan komitmen dari setiap paslon tentang berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
Tak hanya itu, diskusi yang disiarkan langsung di kanal YouTube itu juga diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi masyarakat sebelum menentukan pilihan di pemilihan bupati ini.
Para mahasiswa, lanjut Adam, merasa resah dengan berbagai masalah di masyarakat. Menurutnya inilah momentum bagi para kandidat untuk menunjukkan gagasan-gagasannya dalam menyelesaikan masalah tersebut.
”Kita sangat mengapresiasi paslon nomor 1. Ini menjadi salah satu pembuktian bahwa seorang pemimpin harus berani untuk turun langsung ke rakyat, menunjukkan di permukaan. Bukan hanya diam di belakang,” tegas Adam.
Adam menambahkan, para mahasiswa menginginkan adanya pemimpin yang lahir bukan dari kelompok yang mementingkan dirinya dan kelompoknya sendiri. Tetapi menjadi pemimpin yang mampu menjawab berbagai masalah kerakyatan di Bumi Kartini.
Editor: Supriyadi