Berdasarkan data dari Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jepara, bencana abrasi mulai terjadi di pesisir Jepara sejak tahun 1961 dan terus terjadi hingga saat ini.
Diantaranya Desa Bondo, Kecamatan Bangsri yang berdampak pada sekitar 200 hektar lahan sawah sepanjang 5,5 km; Desa Balong, Kecamatan Kembang yang berdampak pada area sawah dan tempat wisata seluas 1 hektare dengan panjang sekitar 1 km.
Desa Bumiharjo, Kecamatan Keling berdampak pada 31 rumah warga dan area sandaran perahu sepanjang 0,75 km. Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo berdampak pada area sawah seluas 16 hektar dan 180 rumah warga sepanjang 4,9 km
Selanjutnya Desa Jambu, Kecamatan Mlonggo yang berdampak pada 39 hektare sawah dan 79 rumah warga sepanjang 4 km.
Murianews, Jepara – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mencatat ada tujuh kecamatan yang terancam banjir rob. Bukan hanya itu, sejumlah kawasan juga terancam abrasi.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Jepara, Arwin Noor Isdiyanto menyebutkan, tujuh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kedung, Tahunan, Jepara, Mlonggo, Bangsri, Kembang, dan Keling.
Arwin mengatakan, banjir rob berpotensi terjadi di Kecamatan Kedung yaitu di Desa Kedungmalang, Surodadi, dan Panggung serta Kecamatan Jepara berada di Kelurahan Jobokuto dan Ujungbatu.
Banjir rob terjadi saat gelombang pasang air laut bersamaan dengan tingginya curah hujan. Potensi banjir rob lebih sering terjadi di wilayah pesisir utara Jepara.
”Dampak banjir rob selain menggenangi pemukiman masyarakat dan lahan tambak juga mengganggu aktivitas para nelayan,” katanya Selasa, (17/12/2024).
Sedangkan abrasi, sebut Arwin, berpotensi terjadi di Kecamatan Kedung, Tahunan, Bangsri, Mlonggo, Kembang, dan Keling.
Arwin menjelaskan, dampak dari bencana tersebut juga sama seperti banjir rob. Yaitu merusak pemukiman serta lahan tambak milik warga yang berada di daerah pesisir.
”Banjir rob ini penyebabnya kombinasi antara curah hujan tinggi dan gelombang pasang atau banjir rob, terutama di Pesisir Bangsri dan Kedung,” jelasnya.
Data Bappeda...
Berdasarkan data dari Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jepara, bencana abrasi mulai terjadi di pesisir Jepara sejak tahun 1961 dan terus terjadi hingga saat ini.
Diantaranya Desa Bondo, Kecamatan Bangsri yang berdampak pada sekitar 200 hektar lahan sawah sepanjang 5,5 km; Desa Balong, Kecamatan Kembang yang berdampak pada area sawah dan tempat wisata seluas 1 hektare dengan panjang sekitar 1 km.
Desa Bumiharjo, Kecamatan Keling berdampak pada 31 rumah warga dan area sandaran perahu sepanjang 0,75 km. Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo berdampak pada area sawah seluas 16 hektar dan 180 rumah warga sepanjang 4,9 km
Selanjutnya Desa Jambu, Kecamatan Mlonggo yang berdampak pada 39 hektare sawah dan 79 rumah warga sepanjang 4 km.
”Sedangkan untuk banjir rob sendiri mulai terjadi di wilayah pesisir Jepara sekitar 10 tahunan terakhir karena diurugnya tambak-tambak sebagai area untuk sirkulasi air saat naik,” kata Dwi Yogo, Kepala Bidang Perekenomian Infrastruktur SDA dan Kewilayahan, Bappeda Jepara.
Editor: Cholis Anwar