Rabu, 19 November 2025

Menurutnya, jika Pemkab Jepara tidak cermat memperhitungkan dengan melihat pendapatan asli daerah (PAD), rencana utang itu sangat riskan. Sebab rencana utang itu baru pertama kali ini dilakukan Pemkab Jepara.

Di sisi lain, Pemkab Jepara dan DPRD Jepara belum terlatih untuk merencanakan anggaran dengan beban berlebih. Karena sepanjang sejarah dalam penyusunan APBD Jepara selalu defisit. Artinya ada beban di ujung anggaran. Kondisi itulah yang membuat rencana kebijakan utang itu bisa riskan.

“Riskan atau tidaknya, tergantung dalam penyusunan KUA-PPAS dan RAPBD. Kalau dia (pemda) mensekemakan (pembayaran utang) di luar PAD, itu riskan,” jelas Agus.

Namun jika Bupati Jepara menskema dengan membuat perencanaan efisiensi dan tidak melampaui batas kemampuan PAD dengan defisit yang minimal atau misalnya di bawah setengah persen, maka potensi tak bisa membayar utang tidak terjadi. Sehingga tujuan percepatan pembangunan dari utang itu bisa tercapai.

Untuk itu, Agus Sutisna menyarankan agar Pemkab Jepara bisa meminimalkan defisit anggaran. Sebab jika terjadi ketidakmampuan untuk menutup utang itu, makan pos belanja yang belum terdefisitkan akan berkurang.

“Jangan sampai karena tidak cermat dalam berhitung, utang akan numpuk di akhir periode jabatan bupati saat ini,” tandas Agus.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Terpopuler