Rabu, 19 November 2025

Dia mengatakan, jumlah tersebut juga masih bisa bertambah. Sebab secara keseluruhan total terdapat 100 negara yang bisa menjadi pasar alternatif tujuan ekspor.

“Sehingga saat ini memang waktunya untuk kita kerja bareng meningkatkan ekspor di tengah situasi perang seperti ini,” katanya.

Sementara itu, Direktur Konsorsium Jepara Gerak, Antonius Suhandoyo merasa bahwa situasi geopolitik dan perang yang berpotensi meluas itu sangat berdampak bagi para eksportir furnitur. Dampak paling nyata adalah peta pengiriman logistik akan berubah. Otomatis, biaya pengirimannya akan membengkak.

Untuk itu, tawaran pasar alternatif untuk ekspor produk furniture tersebut sebenarnya menarik dan berpeluang. Namun pihaknya masih pesimis. Pasalnya, tidak mudah untuk menembus pasar baru.

“Perlu effort yang lebih berat. Karena tarif (impor) ke negara-negara yang mau kita tembusi juga masih jadi PR (pekerjaan rumah). Karena pajak impor mereka yang lebih tinggi. Sehingga mungkin akan menjadi hambatan,” ungkap Suhandoyo.

Untuk itu, pihaknya berharap agar pemerintah Indonesia segera membuat kesepakatan dengan negara-negara tersebut terkait tarif impor. Pihaknya pun mengajak pemerintah bekerjasama dengan para pengusaha.

“Ayo kita kerja bareng. Kalau kami bekerja sendiri, kami akan habis, effort kami habis, resource (sumberdaya) kami habis,” tandas Suhandoyo.

Editor: Budi Santoso

Komentar

Terpopuler