Secara lengkap dia menceritakan, anaknya mendapatkan imunisasi jenis DPT 1 di Posyandu Melati, Kamis (12/6/2025). Imunisasi itu bertujuan untuk mencegah penyakit diferi, pertusis atau batuk rejan dan tetanus.
”Bidan desa tidak mengecek suhu badan anak saya. Hanya bertanya apakah demam, batuk atau tidak. Istri saya bilang tidak, karena memang kondisinya baik. Lalu disuntik sekali di paha kiri,” kata Diva.
Saat itu, lanjut Diva, bidan desa memang menjelaskan kemungkinan ada efek samping, berupa demam atau bengkak pada bekas suntikan, dalam kurun waktu dua hingga tiga hari setelah imunisasi.
Dia mendapat pesan dari bidan desa agar jika nanti efek samping itu muncul, bisa membeli obat atau mengompresnya.
”Memang benar, keesokan harinya mulai panas. Saya ukur pakai termometer suhu badan anak saya mencapai 39 derajat celsius,” ungkap Diva.
Melihat efek samping itu, Diva kemudian memberi obat Sanmol Sirop yang dibelinya dari apotek. Sayangnya, anaknya tak mau menelan obat itu dan muntah.
Murianews, Jepara – Bayi perempuan berusia 2,5 bulan meninggal dunia beberapa hari setelah imunisasi di Posyandu di Desa Wanusobo, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Kepada Murianews.com, Rabu (9/7/2025), pasangan muda Mauliddiva Muhammad Kenangkana (26) dan Reza Meutia Agustina (20) itu menduga penyebab kematian anak pertamanya itu adalah infeksi dari vaksin imunisasi.
Secara lengkap dia menceritakan, anaknya mendapatkan imunisasi jenis DPT 1 di Posyandu Melati, Kamis (12/6/2025). Imunisasi itu bertujuan untuk mencegah penyakit diferi, pertusis atau batuk rejan dan tetanus.
”Bidan desa tidak mengecek suhu badan anak saya. Hanya bertanya apakah demam, batuk atau tidak. Istri saya bilang tidak, karena memang kondisinya baik. Lalu disuntik sekali di paha kiri,” kata Diva.
Saat itu, lanjut Diva, bidan desa memang menjelaskan kemungkinan ada efek samping, berupa demam atau bengkak pada bekas suntikan, dalam kurun waktu dua hingga tiga hari setelah imunisasi.
Dia mendapat pesan dari bidan desa agar jika nanti efek samping itu muncul, bisa membeli obat atau mengompresnya.
”Memang benar, keesokan harinya mulai panas. Saya ukur pakai termometer suhu badan anak saya mencapai 39 derajat celsius,” ungkap Diva.
Melihat efek samping itu, Diva kemudian memberi obat Sanmol Sirop yang dibelinya dari apotek. Sayangnya, anaknya tak mau menelan obat itu dan muntah.
Sempat Mereda...
Dia kemudian meminta istrinya untuk memberi ASI. Lagi-lagi anaknya muntah. Dia juga mengompres bengkak akibat suntikan.
Lalu pada Minggu sore, lanjut Diva, demam anaknya mulai turun. Bengkak itu pun agak kempes.
”Setelah itu anak saya aktif (sehat) lagi. Saya senang sekali, lega,” ucap dia.
Namun 15 hari setelah imunisasi, tiba-tiba anaknya terbangun saat tengah malam. Matanya melihat ke atas. Tak bersuara. Tangannya dingin.
Saat diberi ASI, bayi kelahiran 2 April 2025 itu masih mau. Namun berkali-kali muntah.
”Setelah minum ASI muntah. Saya pikir kekenyangan,” kata Diva.
Lalu keesokan harinya, Jumat (27/6/2025), dia membawa anaknya periksa ke klinik milik dokter Fuad di Desa Troso, Kecamatan Pecangaan. Setelah dicek laboratorium, hasilnya ada infeksi bakteri dan dehidrasi berat.
”Kata dokter Fuad, anak saya kena infreksi bakteri dan dehidrasi berat, lambungnya kosong,” ujar Diva.
Dirujuk ke Rumah Sakit...
Oleh dokter Fuad, imbuh Diva, disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit. Diva memilih dirujuk ke RS PKU Muhammadiyah Mayong hari itu juga.
Di ruang IGD rumah sakit itu, tenaga medis harus tujuh kali upaya hingga menemukan jalur nadi yang akan dipasangi infus. Anaknya sempat tak bersuara.
Namun saat masuk ke ruang PICU NICU, malam harinya bayi tersebut sempat merengek sebentar.
”Saat di rumah sakit juga dilakukan cek lab (laboratorium),” kata Diva.
Dari hasil laboratorium terbitan RS PKU Muhammadiyah Mayong tertanggal 29 Juni 2025, tertera saat masuk kondisi bayi sudah koma dan kondisi umum lemah.
Diagnosa yang masuk yaitu P92.0 Vomiting in newborn; A41.9 Sepsis, unspecified; R57. Septic shock.
Sedangkan hasil diagnosa awal yaitu R56 Convulsions, not elsewhere classified; R57.2 Septic Shock; E87.1 Hypo-osmolality and hyponatraemia; E87.5 Hyperkalaemia Potassium [K] excess Potassium [K) overload.
Lalu Sabtu dini hari menjelang pagi, bayi tersebut kejang. Detak jantung sempat berhenti.
Keterangan Dokter...
Dokter langsung mengambil tindakan dengan memasang alat ventilator. Namun kondisinya semakin menurun. Kemudian pada malam Minggu, kaki bayi itu merespon.
”Tapi Allah berkehendak lain. Minggu pagi (29/6/2025) pukul 08.07 WIB, anak saya meninggal dunia,” ungkap Diva.
Diva menyebut, berdasarkan keterangan dokter yang merawat anaknya di RS PKU Muhammadiyah Mayong, penyebab meninggalnya anaknya karena infeksi bakteri yang berasal dari imunisasi sehingga bayi mengalami lambung kosong, luka dan kotor.
”Saat disedot pakai selang, memang keluar cairan kotor. Kata dokternya memang akibat infeksi bakteri dari imunisasi,” pungkas Diva.
Editor: Zulkifli Fahmi