Rabu, 19 November 2025

Yang paling jelas, yakni pada aspek kesehatan. Dia mengutarakan, untuk mendapatkan hak kesehatan, masyarakat harus berjuang sendiri mengarungi ganasnya laut agar bisa sampai di Jepara.

Pada aspek sosial, Jack juga merasa masyarakat Karimunjawa tidak mendapatkan keadilan. Dia menyontohkan, ketika warga hendak pulang dari Jepara ke Karimunjawa, tak jarang mereka ditelantarkan aturan.

”Kalau kami beli tiket kapal, kadang-kadang kehabisan. Kami sodorkan KTP juga tidak diterima. Karena memang penuh. Akhirnya seringkali kami terlantar,” ujar dia.

Jack juga melihat ada ketidakadilan dalam aspek pendidikan. Sejauh ini, rata-rata tenaga pendidik yang ada berasal dari luar Karimunjawa. Itu berimbas pada sulitnya penyesuaian dengan kearifan lokal.

Belum lagi soal Balai Taman Nasional (BTN) Karimunjawa. Jack menilai, sebagian wilayah laut yang dikuasai oleh BTN itu seringkali member batasan-batasan.

”Laut dimiliki dan di-hak i oleh BTN. Kami yang budayanya sebagai pelaut, mencari nafkah di laut, merasa numpang,” ujar Jack.

Saat ini, Jack dan sebagian warga lain terus mengkampanyekan perubahan nomenklatur itu. Sebab dia menilai, perubahan nomenklatur itu akan berpengaruh pada perubahan kehidupan masyarakat Kepulauan Karimunjawa.

”Kita harus berubah. Kalau tidak, ya, nasib kami akan begini-begini saja seterusnya,” tandas Jack.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler