Kamis, 20 November 2025

Menurut Gus Hajar. seiring telah keluarnya hasil laboratorium ini, maka bisa dipastikan jika penyebab puluhan siswa di Banjaran mengalami pusing, mual, lemas dan gejala lain yang merujuk kasus keracunan makanan bukan berasal dari menu MBG.

”Jadi clear kalau dari sampel menu MBG hasilnya negatif. Secara logika sebenarnya juga bisa dinalar, dalam sehari menu untuk 3.554 dari 40 sekolah itu sama, tapi mengapa yang mengalami pusing, mual dan lemas mayoritas hanya dari SDN 1 Banjaran. Nah, mungkin saja anak-anak itu mengkonsumsi makanan lainnya kita kan juga tidak tahu,” ujar Gus Hajar.

Gus Hajar menegaskan, pihaknya sudah dan terus memantau progam MBG agar berjalan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). SPPG juga terus didorong dan dipastikan sudah mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

Yakni, dokumen resmi yang menjadi bukti jika suatu usaha terutama yang bergerak di bidang makanan dan minuman telah memenuhi standar kebersihan dan sanitasi yang ditetapkan pemerintah, produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan proses produksi yang dilakukan juga higienis.

”Mulai dari tempat masak atau dapur, bahan masakan, pengolahan hingga penyajian harus sesuai SOP,” ujarnya.

Selain itu, para siswa penerima juga akan terus diberi pemahaman terkait waktu konsumsi menu MBG. Merujuk SOP, makanan menu MBG  harus dikonsumsi maksimal 4 jam setelah disajikan.

”Jadi mestinya tidak boleh dibawa pulang, tapi harus langsung disantap di sekolah agar tetap layak konsumsi, bergizi dan sehat,” tandasnya.

Editor: Dani Agus

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler