Pihak Sekolah Rakyat Jepara menjadwalkan waktu jenguk orang tua dua pekan sekali. Namun selama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama dua pekan ke depan, orang tua bisa menjenguk anaknya sepekan sekali.
Bagi sebagian orang tua, Sekolah Rakyat ini sangat bagus. Salah satunya adalah Sudi Rahayu (47), ibu dari Briliana Karimatul Latifah yang kini memasuki kelas II SD. Warga Desa Cepogo, Kecamatan Kembang itu mengantarkan anak ke limanya itu dengan kakaknya, Azizah (53). Selama proses perekrutan, Azizah lebih banyak aktif dibanding Rahayu.
Mereka meyakini, dengan bersekolah di Sekolah Rakyat, masa depan Briliana bisa lebih cerah. Sebab saat perekrutan, petugas yang mendatangi rumahnya menyampaikan bahwa anak akan mendapatkan fasilitas pendidikan hingga perguruan tinggi.
“Untuk memperbaiki keadaan. Biar anaknya bisa pintar, terjamin di sini. Masalah makan atau apapun tercukupi,” ucap Azizah.
Sementara itu, M Ulin Nuha, warga Desa Gemiring Lor, Kecamatan Nalumsari, menyekolahkan dua dari empat anaknya di Sekolah Rakyat ini. Saat ini dua anaknya duduk di kelas III dan V SD. Sedangkan dua anaknya yang lain kini masih sekolah PAUD dan belum sekolah.
Menurutnya, Sekolah Rakyat sangat membantunya. Sebab penghasilannya sebagai pedagang kecil yang menjual makanan terbilang kurang. Sehingga tanpa banyak alasan dan pertimbangan, dia mau-mau saja menyekolahkan dua anaknya itu di Sekolah Rakyat Jepara.
“Menurut saya sih, kayaknya membantu juga. Soalnya dari pihak pemerintah juga sepertinya membuat rakyatnya ini supaya pintar. Jadi saya sudah mantap (yakin) begitu,” ujarnya.
Murianews, Jepara – Sebanyak 75 anak mulai masuk sekolah rakyat di Balai Latihan Kerja Pecangaan (BLK Pecangaan), Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng), Selasa (30/9/2025). Isak tangis haru mewarnai perpisahan anak-anak dan keluarganya.
Anak-anak siswa Sekolah Rakyat Jepara tiba di BLK Pecangaan sejak sekitar pukul 08.00 WIB. Mereka diangkut dengan berbagai jenis kendaraan. Sambil membawa perlengkapan dan baju ganti, mereka diantarkan orang tua dan keluarganya untuk sekolah sekaligus tinggal di asrama di Sekolah Rakyat.
Sebagian anak siswa Sekolah Rakyat terlihat senang bertemu dengan teman-teman baru. Namun sebagiannya lagi tak bisa membendung rasa sedih karena harus berpisah dengan orang tua dan keluarga.
Beberapa sorot mata terlihat sedih. Bahkan ada pula yang menangis. Kesedihan dan air mata itu bukan tanpa alasan, mereka yang mestinya masih tidur dengan orang tuanya, mulai hari ini harus berpisah berjauhan berada di sekolah rakyat.
Di Sekolah Rakyat Jepara ini, anak-anak usia 6-11 tahun atau se-usia Sekolah Dasar (SD) itu akan menjalani pendidikan berbasis asrama. Mereka akan ditempa dengan pola pendidikan khusus. Mulai belajar, bermain, makan hingga tidur akan serba diatur selama 24 jam.
Anak-anak itu akan tidur dalam satu kamar bersama teman-teman barunya. Satu kamar diisi enam siswa dengan tempat tidur berundak. Setiap anak mendapatkan seragam, baju olahraga, peralatan mandi, lemari khusus dan beberapa fasilitas lainnya.
Kemudian, anak-anak juga akan mendapatkan jatah makan tiga kali dan dua kali jatah snack. Mereka akan dilatih mandiri sejak dini di Sekolah Rakyat.
Jadwal Jenguk...
Pihak Sekolah Rakyat Jepara menjadwalkan waktu jenguk orang tua dua pekan sekali. Namun selama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama dua pekan ke depan, orang tua bisa menjenguk anaknya sepekan sekali.
Bagi sebagian orang tua, Sekolah Rakyat ini sangat bagus. Salah satunya adalah Sudi Rahayu (47), ibu dari Briliana Karimatul Latifah yang kini memasuki kelas II SD. Warga Desa Cepogo, Kecamatan Kembang itu mengantarkan anak ke limanya itu dengan kakaknya, Azizah (53). Selama proses perekrutan, Azizah lebih banyak aktif dibanding Rahayu.
Mereka meyakini, dengan bersekolah di Sekolah Rakyat, masa depan Briliana bisa lebih cerah. Sebab saat perekrutan, petugas yang mendatangi rumahnya menyampaikan bahwa anak akan mendapatkan fasilitas pendidikan hingga perguruan tinggi.
“Untuk memperbaiki keadaan. Biar anaknya bisa pintar, terjamin di sini. Masalah makan atau apapun tercukupi,” ucap Azizah.
Sementara itu, M Ulin Nuha, warga Desa Gemiring Lor, Kecamatan Nalumsari, menyekolahkan dua dari empat anaknya di Sekolah Rakyat ini. Saat ini dua anaknya duduk di kelas III dan V SD. Sedangkan dua anaknya yang lain kini masih sekolah PAUD dan belum sekolah.
Menurutnya, Sekolah Rakyat sangat membantunya. Sebab penghasilannya sebagai pedagang kecil yang menjual makanan terbilang kurang. Sehingga tanpa banyak alasan dan pertimbangan, dia mau-mau saja menyekolahkan dua anaknya itu di Sekolah Rakyat Jepara.
“Menurut saya sih, kayaknya membantu juga. Soalnya dari pihak pemerintah juga sepertinya membuat rakyatnya ini supaya pintar. Jadi saya sudah mantap (yakin) begitu,” ujarnya.
Editor: Budi Satoso