Meski ada beberapa yang telah mengolahnya menjadi bio gas, namun masih ada beberapa yang membuang sisa produksinya ke sungai.
”Sangat menyengat sekali. Itu pabriknya berizin mungkin ya. Namun, limbahnya itu lho yang disayangkan,” terangnya.
Ia berharap ke depannya hal ini bisa segera teratasi. Sungai menjadi lebih bersih dan tidak bau lagi.
Seorang warga lainnya yang namanya enggan disebutkan mengatakan bau busuk di sungai akan makin menyengat ketika memasuki musim kemarau.
’’Setiap hari bau tidak enak. Apalagi kalau musim kemarau itu sangat kuat baunya. Kemungkinan dari limbah pabrik tahu,” ungkapnya saat diwawancarai Murianews.com, Minggu (6/10/2024).
Ia mengatakan, aliran sungai itu tidak berjalan lancar. Pada beberapa kilometer dari pemukiman warga ada pintu air sungai.
Ia mengutarakan, pintu itu terkadang ditutup sehingga aliran air berhenti. Oleh karena itu, bau busuk sungai tercium kuat sebab alirannya tersumbat.
”Airnya itu tidak mengalir banyak sampah juga. Limbahnya tahu itu berhenti di sini jadi sangat bau,” ujarnya.
Murianews, Kudus – Sungai di Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah berbau menyengat. Warga setempat pun terganggu dengan kondisi sungai itu.
Salah satu warga Desa Garung Lor, Khomsatun (22) mengatakan bau busuk di sungai itu sudah terjadi sejak ia kecil. Bahkan baunya selalu muncul setiap harinya.
’’Seharian mencium bau busuk sungai ini. Sejak saya kecil sudah gini. Berasal dari pabrik tahu dam tempe yang ada di Desa Garung Lor. Limbahnya ke sungai,” jelasnya.
Dalam pengamatan Murianews.com, air yang mengalir di sungai itu berwarna putih. Baunya sangat tidak sedap hingga bisa dirasakan pengendara yang melintas di jembatan.
Meski sudah bertahun-tahun, ternyata warga belum melaporkannya. Mereka mengaku takut untuk melaporkan kondisi sungai berbau busuk itu.
Warga lainnya, Andi mengatakan pihaknya takut melapor karena merasa lemah di hadapan pemangku kepentingan.
’’Sebenarnya resah tidak nyaman dengan baunya. Tapi kami tidak berani lapor apalagi demo. Takut,’’ jelasnya.
Warga yang rumanya di pinggir sungai ini menduga, bau busuk itu akibat limbah pabrik tahu dan tempe di Desa Garung Lor.
Meski ada beberapa yang telah mengolahnya menjadi bio gas, namun masih ada beberapa yang membuang sisa produksinya ke sungai.
”Sangat menyengat sekali. Itu pabriknya berizin mungkin ya. Namun, limbahnya itu lho yang disayangkan,” terangnya.
Ia berharap ke depannya hal ini bisa segera teratasi. Sungai menjadi lebih bersih dan tidak bau lagi.
Seorang warga lainnya yang namanya enggan disebutkan mengatakan bau busuk di sungai akan makin menyengat ketika memasuki musim kemarau.
’’Setiap hari bau tidak enak. Apalagi kalau musim kemarau itu sangat kuat baunya. Kemungkinan dari limbah pabrik tahu,” ungkapnya saat diwawancarai Murianews.com, Minggu (6/10/2024).
Ia mengatakan, aliran sungai itu tidak berjalan lancar. Pada beberapa kilometer dari pemukiman warga ada pintu air sungai.
Ia mengutarakan, pintu itu terkadang ditutup sehingga aliran air berhenti. Oleh karena itu, bau busuk sungai tercium kuat sebab alirannya tersumbat.
”Airnya itu tidak mengalir banyak sampah juga. Limbahnya tahu itu berhenti di sini jadi sangat bau,” ujarnya.
Editor: Zulkifli Fahmi