Para petani pun akhirnya hanya memanfaatkan tanaman padi mereka untuk pakan ternak. Sebab, tanaman mereka sudah tak bisa diselamatkan.
Padahal tanaman padinya sudah berusia 60 hari, artinya sudah hampir menguning dan sebentar lagi panen.
’’Sudah tidak bisa dipanen. Langsung saja saya potong untuk dibuat makan kerbau daripada tidak bisa dimanfaatkan sama sekali. Bahkan sisanya ini hanya sedikit,’’ ujar Sumaji, petani setempat pada Murianews.com, Kamis (10/10/2024).
Tanaman padi miliknya di lahan 2000 meter persegi semuanya dibabat hama tikus dalam waktu semalam. Hama tikus itu menyerang sekitar empat hari lalu.
’’Habis dimakan tikus empat hari lalu. Mungkin saat ini kalau masih ada ya sudah menguning,” jelasnya.
Bahkan, hama tikus tak hanya menyerang lahannya. Beberapa lahan sekitarnya juga ikut dibabat hama tikus.
Semuanya pun ludes karena tak bisa menanggulanginya. Ia sempat mencoba menebar obat tikus di sawahnya.
Murianews, Kudus – Hama tikus menyerang tanaman padi di Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Akibatnya, para petani merugi hingga Rp 10 juta.
Para petani pun akhirnya hanya memanfaatkan tanaman padi mereka untuk pakan ternak. Sebab, tanaman mereka sudah tak bisa diselamatkan.
Padahal tanaman padinya sudah berusia 60 hari, artinya sudah hampir menguning dan sebentar lagi panen.
’’Sudah tidak bisa dipanen. Langsung saja saya potong untuk dibuat makan kerbau daripada tidak bisa dimanfaatkan sama sekali. Bahkan sisanya ini hanya sedikit,’’ ujar Sumaji, petani setempat pada Murianews.com, Kamis (10/10/2024).
Tanaman padi miliknya di lahan 2000 meter persegi semuanya dibabat hama tikus dalam waktu semalam. Hama tikus itu menyerang sekitar empat hari lalu.
’’Habis dimakan tikus empat hari lalu. Mungkin saat ini kalau masih ada ya sudah menguning,” jelasnya.
Bahkan, hama tikus tak hanya menyerang lahannya. Beberapa lahan sekitarnya juga ikut dibabat hama tikus.
Semuanya pun ludes karena tak bisa menanggulanginya. Ia sempat mencoba menebar obat tikus di sawahnya.
”Sudah saya kasih obat tikus tapi tidak mempan. Kalau di dukuh sebelah itu menggunakan setrum. Kami tidak mampu membeli itu, mahal,’’ ungkapnya.
Menurutnya, tanpa membeli alat pembasmi tikus saja sudah mengeluarkan biaya produksi yang besar. Sebab saat ini, proses penanaman dilakukan dengan pengairan menggunakan pompa.
Pemompaan air membutuhkan biaya yang besar karena membutuhkan bahan bakar setiap harinya. Dengan adanya serangan hama ini, ia mengalami kerugian.
’’Rugi sekitar Rp 10 juta, tapi ya bagaimana lagi ini ketentuan alam tidak bisa dituntut. Kalau tahu mau ada hama tikus ya tidak akan menanam,’’ pungkasnya.
Editor: Zulkifli Fahmi