Wawan sangat prihatin dengan kondisi seperti ini. Ia merasa bersalah atas perburuan liar yang mengakibatkan menurunnya populasi pleci Muria.
Ia beserta teman-temannya di Komunitas Peka Muria tergerak untuk melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat. Dengan harapan besar, kicauan pleci Muria masih bisa terdengar hingga generasi mendatang.
Ia berharap, seluruh elemen baik masyarakat atau pemerintah bisa memperhatikan pelestarian burung-burung di Pegunungan Muria terlebih burung endemik.
Sebab ternyata saat ini sudah banyak burung yang dulu populasinya banyak sekarang menyusut. Seperti burung Anis Kembang dan Anis Merah yang juga sulit dijumpai lagi.
”Jangan sampai anak-cucu kita nanti hanya mendengarkan dongeng-dongeng tentang keindahan pleci Muria tanpa bisa melihat dan mendengarkan kicauannya secara langsung,” jelasnya.
Murianews, Kudus – Pleci Muria merupakan burung endemik Pegunungan Muria, Kudus, Jawa Tengah. Sayang, burung yang memiliki keungguluan dibanding pleci pada umumnya ini dinilai sudah langka keberadaannya.
Penggiat konservasi di Komunitas Peka Muria Setyawan Rahayu mengatakan, pleci Muria memiliki ciri khas lingkaran putih di bagian matanya. Pleci Muria sendiri terdapat tiga jenis berbeda, antara lain pleci Muria kristal, putih, dan keruh.
”Perbedaannya di lingkaran putih matanya dan suaranya. Kalau yang kristal itu benar-benar putih bening dan suaranya juga bening (cing), ujarnya kepada Murianews.com.
Kalau pleci putih warna lingkarannya hanya putih tidak bening kicauannya juga tidak sebagus yang kristal. Sedangkan yang keruh itu lingkarannya buram.
Ia menyebutkan, pleci Muria merupakan burung koloni yang biasanya hidup berkelompok. Menurutnya, dulu burung ini sangat mudah dijumpai terlebih seusai hujan di pohon-pohon kembang.
Namun, saat ini kicauan merdunya dan keindahan corak kepalanya sudah sangat sulit didengarkan lagi. Alasan mendasarnya adalah perburuan liar yang semakin mengakar.
Tren perlombaan burung atau yang sering disebut gantangan memicu perburuan pleci Muria meningkat tajam. Permintaan pasar sangat tinggi mengingat suara khas burung ini sangat diperhitungkan dalam arena lomba.
”Orang-orang banyak yang memikatnya lalu dijual, harganya cukup lumayan dibandingkan pleci biasanya. Berulang kali sudah sering saya berjumpa dengan para pemikat dan mengingatkan mereka tapi tidak digubris,” ungkap pria yang akrab disapa Wawan itu.
Perburuan Liar...
Wawan sangat prihatin dengan kondisi seperti ini. Ia merasa bersalah atas perburuan liar yang mengakibatkan menurunnya populasi pleci Muria.
Ia beserta teman-temannya di Komunitas Peka Muria tergerak untuk melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat. Dengan harapan besar, kicauan pleci Muria masih bisa terdengar hingga generasi mendatang.
Ia berharap, seluruh elemen baik masyarakat atau pemerintah bisa memperhatikan pelestarian burung-burung di Pegunungan Muria terlebih burung endemik.
Sebab ternyata saat ini sudah banyak burung yang dulu populasinya banyak sekarang menyusut. Seperti burung Anis Kembang dan Anis Merah yang juga sulit dijumpai lagi.
”Jangan sampai anak-cucu kita nanti hanya mendengarkan dongeng-dongeng tentang keindahan pleci Muria tanpa bisa melihat dan mendengarkan kicauannya secara langsung,” jelasnya.
Editor: Dani Agus