Chamdani mengatakan, relief yang dibuatnya bertemakan kebudayaan dan tradisi masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Kebudayaan itu meliputi ciri khas setiap daerah mulai dari pakaian, rumah adat, dan tradisi keseharian masyarakatnya.
”Ini Jawa Tengah ada Rumah Joglo, Jakarta ada Istana Negara, Bali dengan pura dan aktivitasnya, ikon seluruh provinsi kami buat miniaturnya di sini dengan sangat detail,” katanya saat ditemui Murianews.com, Sabtu (1/2/2025) siang.
Menariknya, relief yang ia buat bukan karya tempelan. Semua ikon-ikon itu dibuat langsung pada akar kayu pohon jati itu.
”Bukan dilem atau ditempelkan, ini memang kami ukir langsung dari akar jati, bisa dicek,” ungkapnya.
Baginya karya relief ini merupakan wujud kebanggannya pada keragaman budaya di Indonesia. Saat ini, karya pria yang kerap disapa seniman edan itu masih dalam proses pengerjaan. Kurang lebih karya itu baru mencapai 65 persen.
”Ini sudah empat tahun pengerjaan baru 65 persen, perkiraan saya butuh 8 hingga sepuluh tahun untuk menyelesaikannya. Nanti kalau ada penambahan provinsi lagi, kami akan buatkan lagi reliefnya,” jelasnya.
Murianews, Kudus – Sebuah karya luar biasa diciptakan oleh Chamdani (44), Seniman asal Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. Chamdani berhasil membuat relief Nusantara yang memuat ikon-ikon dari 38 provinsi menggunakan akar kayu yang diukir.
Karya seni berbentuk relief itu terbentang sepanjang 18 meter dengan lebar 1,5 meter dan tinggi 3 meter. Bentangan itu terdiri dari beberapa akar kayu jati berusia minimal 70 tahun.
Chamdani mengatakan, relief yang dibuatnya bertemakan kebudayaan dan tradisi masyarakat Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Kebudayaan itu meliputi ciri khas setiap daerah mulai dari pakaian, rumah adat, dan tradisi keseharian masyarakatnya.
”Ini Jawa Tengah ada Rumah Joglo, Jakarta ada Istana Negara, Bali dengan pura dan aktivitasnya, ikon seluruh provinsi kami buat miniaturnya di sini dengan sangat detail,” katanya saat ditemui Murianews.com, Sabtu (1/2/2025) siang.
Menariknya, relief yang ia buat bukan karya tempelan. Semua ikon-ikon itu dibuat langsung pada akar kayu pohon jati itu.
”Bukan dilem atau ditempelkan, ini memang kami ukir langsung dari akar jati, bisa dicek,” ungkapnya.
Baginya karya relief ini merupakan wujud kebanggannya pada keragaman budaya di Indonesia. Saat ini, karya pria yang kerap disapa seniman edan itu masih dalam proses pengerjaan. Kurang lebih karya itu baru mencapai 65 persen.
”Ini sudah empat tahun pengerjaan baru 65 persen, perkiraan saya butuh 8 hingga sepuluh tahun untuk menyelesaikannya. Nanti kalau ada penambahan provinsi lagi, kami akan buatkan lagi reliefnya,” jelasnya.
Miniatur IKN...
Seperti halnya minatur Ibu Kota Nusantara (IKN) yang baru saja digunakan pada 17 Agustus 2024 lalu. Reief miniatur ikonik itu baru dibuatnya beberapa waktu lalu selepas IKN difungsikan.
Perjuangannya untuk membuat miniatur IKN itu tidak mudah. Chamdani harus datang langsung ke Bali untuk menemui I Nyoman Nuarta yang merupakan sosok dibalik megahnya ikon Burung Garuda IKN.
”Sebelum tanggal 17 Agustus 2024 itu desainnya belum keluar, lalu ditaruh di museum pribadinya I Nyoman Nuarta, saya datang langsung ke Bali untuk melihatnya. Ukuran dan segala kedetailannya saya amati, lalu saat pulang, langsung saya eksekusi,” ungkapnya.
Selain membutuhkan waktu yang lama karena perlu kedetailan pada setiap pahatannya, karya relief ini juga membutuhkan modal yang fantastis. Untuk bahannya adalah akar kayu jati tua bernilai Rp 80 juta per akar, dan untuk Relief Nusantara yang sedang ia kerjakan, paling tidak membutuhkan 10 akar kayu jati.
”Belum untuk keperluan lainnya, tenaga tambahan dan alatnya, soalnya ini membutuhkan alat khusus juga,” tutupnya.
Editor: Budi Santoso