Di samping itu, ia yang bukan orang seni dan tak pernah belajar seni sebelumnya mulai belajar mandiri mengenai ukir-ukiran. Chamdani belajar di beberapa pengukir di Kudus dan Jepara.
Sembari belajar, ia juga menerapkan langsung apa yang didapatkannya. Seniman ’edan’ itu membuat karya-karya sendiri.
”Saya beranikan diri membuat karya dari kayu, saya cari akar kayu jati ke seluruh Indonesia. Yang pasti akar kayu itu sudah tua minimal 70 tahun bahkan ada yang sudah jadi fosil,” terangnya.
Kegigihan itu membuatnya berhasil menciptakan karya seni luar biasa. Chamdani membuat miniatur yang menceritakan proses pembuatan tembok cina dengan sangat detail.
Selain itu, ia juga membuat relief yang menggambarkan kehidupan Kerajaan Majapahit. Di dalamnya menceritakan lengkap segala aktivitas di zaman itu, mulai dari perdagangan, pasukan yang sedang berlatih, dan sebagainya.
”Ada juga kursi kaisar cina, patung-patung dewa, kisah pertempuran, dan yang paling berkesan relief Nusantara. Saya kalau berkarya tidak mau membuat yang sama dengan orang lain, jadi memang langka, ” terangnya.
Murianews, Kudus – Chamdani, Warga Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah adalah sosok seniman yang dikenal ’edan’. Alasannya, ia selalu membuat karya-karya diluar nalar.
Sebelum moncer seperti saat ini, ia pernah berada di titik terendah. Bangkrut berulang kali hingga nangis-nangis karena tak bisa makan.
Perjuangannya menjadi seorang seniman dimulai sejak tahun 2000. Karya pertamanya adalah bebek-bebekan dari akar bambu.
”Dulu pertama buat bebek dari akar bambu, suplai ke perusahaan per pekan 1000 buah. Tapi sempat bangkrut berulang kali,” ceritanya kepada Murianews.com, Sabtu (1/2/2025).
Karena bangkrut, ia kemudian bekerja sebagai tukang bangunan, mebel, dan serabutan lainnya. Pekerjaan itu ia lalui karena mengingat ijazahnya yang tak lulus SMA.
Bahkan beberapa kali ia harus dikeluarkan karena dianggap kurang bisa bekerja. Lalu, Chamdani kembali menekuni dunia seni.
”Waktu itu coba membuat bonsai dari akar bambu, pertama dibeli itu Rp 300 ribu, hasilnya buat modal lagi, lalu diposting teman saya dibeli orang Jogja empat buah Rp 200 juta, uangnya buat modal dan bangun rumah, dulu rumahnya tidak selayak ini,” terangnya.
Kudus dan Jepara...
Di samping itu, ia yang bukan orang seni dan tak pernah belajar seni sebelumnya mulai belajar mandiri mengenai ukir-ukiran. Chamdani belajar di beberapa pengukir di Kudus dan Jepara.
Sembari belajar, ia juga menerapkan langsung apa yang didapatkannya. Seniman ’edan’ itu membuat karya-karya sendiri.
”Saya beranikan diri membuat karya dari kayu, saya cari akar kayu jati ke seluruh Indonesia. Yang pasti akar kayu itu sudah tua minimal 70 tahun bahkan ada yang sudah jadi fosil,” terangnya.
Kegigihan itu membuatnya berhasil menciptakan karya seni luar biasa. Chamdani membuat miniatur yang menceritakan proses pembuatan tembok cina dengan sangat detail.
Selain itu, ia juga membuat relief yang menggambarkan kehidupan Kerajaan Majapahit. Di dalamnya menceritakan lengkap segala aktivitas di zaman itu, mulai dari perdagangan, pasukan yang sedang berlatih, dan sebagainya.
”Ada juga kursi kaisar cina, patung-patung dewa, kisah pertempuran, dan yang paling berkesan relief Nusantara. Saya kalau berkarya tidak mau membuat yang sama dengan orang lain, jadi memang langka, ” terangnya.
Sudah ditawar...
Beberapa karyanya sudah pernah ditawar orang tapi tidak dilepas karena harganya kurang bagus. Karya Chamdani ini bernilai ratusan hingga miliaran rupiah.
”Kemarin ada yang menawar relief Kerajaan Majapahit Rp 800 juta tapi tidak saya lepas karena masih rendah penawarannya. Saya inginnya lebih dari itu,” sebutnya.
Saat ini, ia bercita-cita akan membuat galeri untuk menampung karya-karyanya. Paling tidak, butuh lahan seluas stadion sepakbola pada umumnya untuk menampung karyanya.
Editor: Budi Santoso