Tanpa data yang valid, kebijakan yang diambil oleh pemerintah desa berpotensi bias dan tidak tepat sasaran. Terutama dalam program-program yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
”Banyak kebijakan desa yang dibuat tanpa berbasis data, sehingga hasilnya kurang maksimal. Dengan data yang dikelola dengan baik, desa bisa lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan roda pemerintahan,” jelasnya.
Data yang dikelola dengan baik dapat memperlihatkan kondisi desa secara lebih jelas, membantu perencanaan program. Serta memberikan transparansi dalam pengambilan keputusan.
Selain itu, pembaruan data secara berkala melalui website desa juga bisa menjadi solusi agar informasi selalu up-to-date dan mudah diakses oleh masyarakat.
BPS Kudus saat ini melakukan pembinaan bagi desa-desa dalam pengelolaan data, mulai dari perencanaan hingga pembuatan database sederhana menggunakan Excel.
Murianews, Kudus – Literasi Data atau literasi pengelolaan data masih menjadi tantangan bagi desa-desa di Kabupaten Kudus. Padahal, data memegang peranan penting dalam penyusunan kebijakan yang tepat dan efektif.
Tanpa data yang valid, kebijakan yang diambil oleh pemerintah desa berpotensi bias dan tidak tepat sasaran. Terutama dalam program-program yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
Statistisi Madya BPS Kudus, Kusuma Agung Handaka, menegaskan bahwa rendahnya literasi data di desa dapat menyebabkan berbagai permasalahan. Seperti penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran.
”Banyak kebijakan desa yang dibuat tanpa berbasis data, sehingga hasilnya kurang maksimal. Dengan data yang dikelola dengan baik, desa bisa lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan roda pemerintahan,” jelasnya.
Data yang dikelola dengan baik dapat memperlihatkan kondisi desa secara lebih jelas, membantu perencanaan program. Serta memberikan transparansi dalam pengambilan keputusan.
Selain itu, pembaruan data secara berkala melalui website desa juga bisa menjadi solusi agar informasi selalu up-to-date dan mudah diakses oleh masyarakat.
BPS Kudus saat ini melakukan pembinaan bagi desa-desa dalam pengelolaan data, mulai dari perencanaan hingga pembuatan database sederhana menggunakan Excel.
Pendampingan...
Tahun pertama, pendampingan dilakukan secara langsung, sedangkan pada tahun berikutnya, desa diharapkan mampu mengelola datanya secara mandiri.
Namun, tantangan utama dalam pengelolaan data adalah kesadaran bahwa data yang dimiliki sebenarnya bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan lebih baik.
”Sering kali kita memiliki data, tapi tidak menyadari bahwa itu bisa menjadi sumber informasi berharga. Inilah yang perlu kita dorong agar desa lebih paham pentingnya data,” tambah Kusuma Agung.
Dengan adanya literasi data yang lebih baik, desa-desa di Kudus diharapkan mampu mengelola informasi secara lebih sistematis, sehingga kebijakan yang diambil dapat lebih akurat dan berdampak positif bagi masyarakat.
Editor: Budi Santoso