Murianews, Kudus – Menyambut musim giling tebu tahun ini, Pabrik Gula atau PG Rendeng Kudus menggelar kirab penganten tebu sebagai tradisi tahunan yang sarat makna budaya.

Acara ini bukan hanya sebagai simbol pembuka musim giling, tetapi juga menjadi momentum penguatan kearifan lokal dan pelestarian budaya.

Kirab penganten tebu digelar dengan meriah, diiringi kesenian tradisional barongan. Disusul pasangan pengantin dan pengiring yang membawa tebu untuk diserahkan secara simbolis ke Bupati Kudus dan pimpinan PG Rendeng, yang kemudian dimasukkan ke dalam mesin giling.

Bupati Kudus Samani Intakoris yang hadir dalam acara tersebut menyampaikan apresiasi atas komitmen PG Rendeng dalam melestarikan budaya lokal.

”Nanti ini bisa dipelajari oleh Disbudpar Kudus, apakah bisa masuk dalam kegiatan wisata daerah. Terima kasih kepada PG Rendeng yang memakai pakaian adat Kudusan. Artinya mereka membaca kearifan lokal kita, budaya kita,” ujar Samani.

Lebih lanjut, Bupati menyampaikan optimisme terhadap musim giling tahun ini. Target produksi gula ditetapkan sebesar 200 persen. Namun, ia berharap PG Rendeng bisa melampauinya hingga 300 persen.

”Kita harap hasil tahun ini bisa melebihi ekspektasi. Dari petani tebu akan diserap, yang paling penting adalah kualitas tebunya bagus. Kalau sampai kurang, kita siap menyerap dari luar daerah,” jelasnya.

Tak hanya fokus pada produksi, Samani juga berencana menghidupkan kembali kegiatan UMKM yang sebelumnya pernah menjadi bagian dari pabrik.

Ekonomi masyarakat... 

Upaya ini bertujuan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar dan memperkuat keterlibatan warga dalam aktivitas industri gula.

Samani menegaskan komitmennya untuk terus berkolaborasi dalam rangka mencapai program-program pemerintah Pusat.

”Selamat dan sukses untuk PG Rendeng yang memulai giling semoga tercapai targetnya, kita akan terus berkolaborasi dalam menuju swasembada gula, ini juga merupakan program Presiden Prabowo,” pungkasnya.

Editor: Anggara Jiwandhana