Mereka berlomba-lomba mendapatkan bandeng dari tambak bengkok milik Kepala Desa Bakaranwetan, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Gogo Bandeng, menjadi sebuah tradisi unik yang masih terus berlangsung di wilayah Kabuaten Pati.
Tradisi gogo bandeng ini merupakan rangkaian dari Festival Berkat Bandeng 2025 yang digelar sejak 21 November sampai 23 November 2025. Festival ini digelar atas kerjasama Pemerintah Desa Bakaranwetan dan Kementerian Kebudayaan.
”Gogo bandeng alhamdulillah antusias warga luar biasa,” ujar Kepala Desa Bakaranwetan, Wahyu Supriyo.
Ia memaparkan selain gogo bandeng, acara hari ini dimulai sejak Sabtu siang dengan kirab petani tambak. Sejumlah petani tambak dan beberapa penari menggelar kirab menuju tambak.
”Kemudian sarasehan rembug kali, kemudian resik-resik kali bersama petani tambak dan masyarakat,” imbuh dia.
Setelah rembug petani, warga menggelar bancakan wiwitan panen ikan bandeng. Tradisi menjelang panen ini digelar dengan harapan hasil tambak bandeng melimpah.
”Sebelum panen ada prosesi bancakan wiwit panen dan ada penampilan tari bandeng. Kemudian lanjut, masyarakat panen ikan bandeng, gogo bersama-sama. Dari awal bibitnya sekitar seribu,” ungkap dia.
Murianews, Pati – Festival Berkat Bandeng 2025 menampilkan tradisi unik, Gogo Bandeng, Sabtu (22/11/2025) sore. Puluhan warga beramai-ramai gogo bandeng atau panen bandeng dengan tangan kosong.
Mereka berlomba-lomba mendapatkan bandeng dari tambak bengkok milik Kepala Desa Bakaranwetan, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Gogo Bandeng, menjadi sebuah tradisi unik yang masih terus berlangsung di wilayah Kabuaten Pati.
Tradisi gogo bandeng ini merupakan rangkaian dari Festival Berkat Bandeng 2025 yang digelar sejak 21 November sampai 23 November 2025. Festival ini digelar atas kerjasama Pemerintah Desa Bakaranwetan dan Kementerian Kebudayaan.
”Gogo bandeng alhamdulillah antusias warga luar biasa,” ujar Kepala Desa Bakaranwetan, Wahyu Supriyo.
Ia memaparkan selain gogo bandeng, acara hari ini dimulai sejak Sabtu siang dengan kirab petani tambak. Sejumlah petani tambak dan beberapa penari menggelar kirab menuju tambak.
”Kemudian sarasehan rembug kali, kemudian resik-resik kali bersama petani tambak dan masyarakat,” imbuh dia.
Setelah rembug petani, warga menggelar bancakan wiwitan panen ikan bandeng. Tradisi menjelang panen ini digelar dengan harapan hasil tambak bandeng melimpah.
”Sebelum panen ada prosesi bancakan wiwit panen dan ada penampilan tari bandeng. Kemudian lanjut, masyarakat panen ikan bandeng, gogo bersama-sama. Dari awal bibitnya sekitar seribu,” ungkap dia.
Tanpa Alat...
Ia memaparkan, masyarakat yang ingin mengikuti gogo bandeng diwajibkan tak menggunakan alat. Mereka harus menangkap bandeng dengan tangan kosong.
”Memang tangan kosong dan tidak boleh bawa alat apapun. Mbah dulu memang kalau panen raya dengan cara dikuras kemudian air habis kemudian di gogo bersama-sama. Sudah tradisi. Tapi di jaman modern ini pakai jaring,” tutur dia.
Warga yang ikut gogo bandeng pun sumringah. Mereka senang lantaran mendapatkan ikan bandeng gratis. Meskipun harus berebut dengan warga lainnya.
”Ini ikan buat goreng untuk keluarga. Ndak mudah. Kami sudah biasa nangkap ikan. Ini dapat lumayan. Lebih dari sepuluh ekor,” ujar Maskanan, salah satu warga usai mengikuti tradisi Gogo Bandeng.
Editor: Budi Santoso
