Jumat, 11 Juli 2025

Murianews, Pati – Suluk Maleman edisi ke-162 pada Sabtu (21/6/2025) malam, mengupas tuntas bagaimana paradoks kebahagiaan di Indonesia. Kemiskinan yang seharusnya menjadi evaluasi bersama, justru berubah menjadi kebahagiaan yang dibanggakan.

Dalam Suluk Maleman itu, memaparkan data Universitas Harvard pada Mei lalu yang menempatkan Indonesia sebagai negara paling bahagia di dunia. Tetapi berbarengan dengan itu, ternyata terdapat rilis data kemiskinan Indonesia dari Bank Dunia.

Budayawan dan penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Ba'asyin, menyoroti paradoks ini.

”Data Bank Dunia menyebut ada 194,4 juta, atau 68,2%, warga Indonesia masuk dalam kategori miskin, meski standar penghitungannya berbeda dengan Badan Pusat Statistik,” terang Anis.

Menurut Anis, ada dua berkah utama yang dimiliki bangsa Indonesia: sumber daya alam yang melimpah dan kuatnya jaring sosial serta ikatan keagamaan masyarakat secara alamiah.

”Hal itu yang menyebabkan, meski berpenghasilan rendah namun masih banyak yang bisa tertawa lepas dan berbahagia,” kata Anis.

Padahal, lanjut Anis, secara faktual upah minimum regional tak bisa mencukupi kebutuhan 1 keluarga kecil, suami-isteri dengan 2 anak, selama 1 bulan.

”Meski suami-isteri tersebut sama-sama bekerja. Tapi masih mereka masih bisa ngopi dan ketawa-ketawa,” jelasnya.

Budaya guyub rukun...

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler