Rabu, 19 November 2025

Murianews, Blora – Bupati Blora Arief Rohman menyebut nilai-nilai ajaran perjuangan leluhur, terutama Samin Surosentiko harus dilestarikan. Itu diungkapkan saat menghadiri Peringatan 117 tahun perjuangan Samin Surosentiko.

Orang nomor satu di Blora itu berharap ajaran Samin Surosentiko bisa diajarkan di bangku sekolah. Apalagi, ajaran Samin telah dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.

”Saya juga mendorong ajaran-ajaran Samin ini bisa ditulis. Kalau dibukukan akan memperkaya khasanah anak didik kita. Anak sekolah biar tahu. Sebagai muatan lokal biar bisa kita lestarikan ajaran Samin Surosentiko,” ucap Bupati Arief, Jumat (15/3/2024) malam.

Dalam acara yang diselenggarakan di Pendopo Pengayoman Mbah Samin Surosentiko di Desa Plosokediren, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, itu Arief mengungkapkan komitmen untuk melestarikan ajaran Samin.

Salah satunya, nama Samin Surosentiko digunakan untuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Randublatung. Menurutnya itu juga sebagai bentuk mengenalkan perjuangan Samin.

”Rumah Sakit Randublatung yang baru kami resmikan beberapa waktu lalu, kami putuskan dinamakan RSUD Samin Surosentiko dalam rangka mengenang perjuangan beliau dan Randublatung ini kan merupakan tanah kelahirannya. Semoga ini semua menginspirasi. Terimakasih, rahayu, seger waras,” pungkasnya.

Di kesempatan itu, Bupati Arief mengapresiasi kegiatan peringatan perjuangan Samin Surosentiko tersebut. Ia berharap, kegiatan itu juga mendapat dukungan dari Pemerintah Pusat.

”Kami mohon dukungannya Pemerintah Pusat yang kesempatan kali ini dihadiri perwakilan Dirjen Kebudayaan biar tahun depan bisa laksanakan kembali. Kita susun kegiatan biar Samin bisa mendunia bukan hanya dikenal di Indonesia,” ucapnya.

Sementara itu, Sesepuh sedulur sikep Plosokediren, Gunarto mengatakan, peringatan perjuangan Samin Surosentiko telah disepakati digelar setiap 15 Maret.

Ia mengatakan, kegiatan itu tak sekadar menjaga perjuangannya secara fisik. Namun, juga melestarikannya agar perjuangannya tak mati.

”Tidak hanya nguri-uri secara fisik tapi bagaimana perjuangannya tidak mati. Anak cucu mbah Samin bisa mendapat kepekaan terhadap masalah-masalah yang berkembang,” katanya.

Kegiatan kali ini bertajuk ”Lelaku Jejeke Adil”. Acara diawali dengan kegiatan Timbang Gunem (diskusi) tentang sejarah Samin Surosentiko, kemudian brokohan (lamporan) bernarasikan ’Mbok Sri Mboyong Daringan’.

Brokohan diawali dengan ritual adat, yakni membawa hasil tani kemudian diiringi dengan ribuan obor. Arak-arakan ini dimulai di lapangan Plosokediren menuju Pendopo pengayoman Mbah Samin Surosentiko yang berjarak sekitar 1 kilometer.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler