Bagi kalangan masyarakat Blora dan sekitarnya, ungker atau kempompong ulat daun jati, adalah salah satu kuliner khas tiada tanding. Dengan beberapa varian dalam memasak, ungker dikenal sebagai kuliner khas di Blora.
Pemburu ungker harus teliti dan hati-hati di bawah tegakan pohon jati. Disemak daun jati yang rontok dan kering, biasanya di situ dijumpai sejumlah ungker yang kemudian dikumpulkan.
Parmi, salah satu pencri ungker di Desa Ngliron, Randublatung, menyatakan saat ini dirinya belum bisa mendapatkan 1 kg dalam sehari. Namun mencari ungker menjadi sebuah kepuasan tersendiri dan bisa memberi tambahan pendapatan.
“Tidak sampai dapat 1 kg. Saat ini takarannya per gelas (1 ons) dibungkus daun jati. Saya jual Rp 20.000/gelas kecil. Ungker ini baru ambil, bisa dimasak untuk lauk,” kata parmi Sabtu (9/11/2024).
Parmi dan bersama sejumlah rekannya mencari ungker di tepi hutan kawasan hutan jati Blora- Randublatung. Mereka menampung ungker yang didapatkan dalam sebuah wadah untuk dibawa pulang.
“Banyak yang cari, bahkan dari beberapa desa yang tak jauh dari sini juga ikut mencarinya,” ucapnya.
Murianews, Blora - Berseminya daun pohon jati di kawasan hutan Blora Jawa Tengah , menjadi pertanda musim ungker atau entung (kepompong ulat daun jati) mulai tiba.
Bagi kalangan masyarakat Blora dan sekitarnya, ungker atau kempompong ulat daun jati, adalah salah satu kuliner khas tiada tanding. Dengan beberapa varian dalam memasak, ungker dikenal sebagai kuliner khas di Blora.
Saat ini, warga di sekitar hutan jati di wilayah Blora kembali berburu ungker untuk dijual maupun untuk dimasak sendiri. Karena belum sepenuhnya menjadi puncak musim, saat ini harga ungker masih tinggi.
Pemburu ungker harus teliti dan hati-hati di bawah tegakan pohon jati. Disemak daun jati yang rontok dan kering, biasanya di situ dijumpai sejumlah ungker yang kemudian dikumpulkan.
Parmi, salah satu pencri ungker di Desa Ngliron, Randublatung, menyatakan saat ini dirinya belum bisa mendapatkan 1 kg dalam sehari. Namun mencari ungker menjadi sebuah kepuasan tersendiri dan bisa memberi tambahan pendapatan.
“Tidak sampai dapat 1 kg. Saat ini takarannya per gelas (1 ons) dibungkus daun jati. Saya jual Rp 20.000/gelas kecil. Ungker ini baru ambil, bisa dimasak untuk lauk,” kata parmi Sabtu (9/11/2024).
Parmi dan bersama sejumlah rekannya mencari ungker di tepi hutan kawasan hutan jati Blora- Randublatung. Mereka menampung ungker yang didapatkan dalam sebuah wadah untuk dibawa pulang.
“Banyak yang cari, bahkan dari beberapa desa yang tak jauh dari sini juga ikut mencarinya,” ucapnya.
Mencari ungker.....
Hal senada disampaikan oleh Sarti, pencari ungker lainnya. Meski sudah paruh baya ia rela ikut mencari ungker untuk dijual kepada para peminat masakan yang tergolong ekstrem itu.
“Setelah cari langsung dipasarkan di pinggir jalan, Alhamdulillah selalu habis,terkadang juga menyisihkan sendiri untuk dimasak,” ucap Sarti.
Beberapa pemburu ungker berangkat ke hutan pada pagi hari, kemudian pulang menjelang sore hari. Ungker hasil yang didapatkan dibungkus dengan daun jati dengan takaran gelas. Selanjutnya ditawarkan kepada para pengendara yang melewati jalan tersebut.
Ungker daun jati wanrannya cokelat dengan ukuran satu hingga dua centimeter. Beberapa warga sekitar hutan jati mencari ungker sambil mengembala ternak sapi di kawasan hutan.
Sarti menjelaskan, berdasarkan pengalaman ungker akan mudah diperoleh ketika terik matahari berselang seling dengan turunnya hujan.
Pada saat musim ungker seperti ini, hampir sebagian besar hutan blora daunnya habis dimakan ulat jati. Kemudian ulat jati akan turun ke bawah di reruntuhan daun jati yang sudah mengering di bawah batang pohon.
Saat musim ungker seperti saat ini, di jalur sepanjang hutan jati akan ada banyak warga yang mencari ungker. Sepeti di di jalur Blora-Cepu dan Blora-Randublatung, banyak masyarakat mencari ungker.
Agung salah satu pembeli ungker mengaku, meski harganya masih tergolong tinggi, para penyuka ungker tetap rela merogoh uang untuk membeli.
”Sebenarnya mikir-mikir juga, harganya mahal. Tapi karena ingin masak ungker, ya tetap saya beli,setiap tahun pasti beli,” katanya.
Salah satu makanan....
Ungker adalah salah satu makanan khas masyarakat di Blora. Namun karena ungker hanya muncul saat pergantian musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya, masakan itupun tidak selalu tersedia setiap saat.
Musim ungker biasanya hanya berlangsung beberapa pekan. Tidak mengherankan jika penyuka masakan ungker akan memburu ungker saat musimnya tiba.
”Ungker digoreng, dioseng-oseng. Rasa ungker itu gurih dan lezat. Apalagi jika dimasak dengan menu yang pas, dijamin nambah terus,” ucapnya
Namun bagi warga yang rentan alergi, lebih baik hindari makan ungker. Sebab, mengkonsumsi ungker bisa menyebabkan gatal di sekujur tubuh. Gatal itu baru akan hilang jika dinetralisir dengan obat anti alergi.
Editor: Budi Santoso