Kepala Desa Ngampel, Mohamad Astiadi Maryanto mengatakan, program yang diberi nama ”Sampah Jadi Emas” ini dimulai sejak tahun 2022. Inisiatif ini lahir dari kesadaran kolektif warga untuk mengelola sampah rumah tangga secara lebih bijak.
Program ini melibatkan kerja sama strategis dengan Pegadaian sebagai mitra investasi, serta didukung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna Desa (Posyantekdes) untuk operasional pengumpulan dan pengolahan sampah.
Sampah yang disetor warga akan dihitung nilai ekonomisnya oleh Pegadaian dan dikonversi ke dalam bentuk emas.
Sampah diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni organik dan anorganik. Sampah anorganik seperti plastik, kardus, logam, dan kertas memiliki nilai jual dan dapat dikonversi menjadi emas.
Sementara itu, sampah organik, seperti limbah dapur dan kotoran ternak, diolah menjadi pupuk.
Murianews, Blora – Sebuah inovasi unik dan inspiratif muncul dari Desa Ngampel, Kecamatan Blora Kota, Kabupaten Blora.
Melalui pengelolaan sampah yang tertib dan terstruktur, warga desa kini tidak hanya menjaga lingkungan tetap bersih, tetapi juga berhasil menabung emas. Hingga saat ini, total emas yang terkumpul telah mencapai 25 gram, dengan nilai hampir Rp 50 juta.
Kepala Desa Ngampel, Mohamad Astiadi Maryanto mengatakan, program yang diberi nama ”Sampah Jadi Emas” ini dimulai sejak tahun 2022. Inisiatif ini lahir dari kesadaran kolektif warga untuk mengelola sampah rumah tangga secara lebih bijak.
”Kami membentuk bank sampah dan memulai program ’Sampah Jadi Emas’. Warga menyetor sampah, lalu hasilnya dikonversi jadi emas,” jelasnya pada Rabu (11/6/2025).
Program ini melibatkan kerja sama strategis dengan Pegadaian sebagai mitra investasi, serta didukung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna Desa (Posyantekdes) untuk operasional pengumpulan dan pengolahan sampah.
Sampah yang disetor warga akan dihitung nilai ekonomisnya oleh Pegadaian dan dikonversi ke dalam bentuk emas.
Sampah diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni organik dan anorganik. Sampah anorganik seperti plastik, kardus, logam, dan kertas memiliki nilai jual dan dapat dikonversi menjadi emas.
Sementara itu, sampah organik, seperti limbah dapur dan kotoran ternak, diolah menjadi pupuk.
Prosesnya pun cukup sederhana. Warga mengumpulkan sampah dari rumah masing-masing, kemudian memilahnya sebelum dikirim ke bank sampah.
Petugas Bank Sampah siap ambil...
Jika ada kendala, petugas bank sampah siap menjemput langsung. Penimbangan sampah biasanya dilakukan di akhir bulan, namun bisa lebih cepat jika volume sampah yang terkumpul sudah banyak.
”Semua hasil dicatat dan diumumkan di grup. Jadi transparan. Warga tahu nilai sampah mereka,” terang Astiadi.
Program ini dinilai jauh lebih menguntungkan dibandingkan menjual sampah ke pengepul, yang kerap memainkan harga dan timbangan.
Warga diberikan keleluasaan untuk memilih apakah akan mencairkan hasil sampah menjadi uang tunai atau menabung dalam bentuk emas. Namun, untuk dapat ditukar dengan emas, tabungan minimal harus mencapai dua gram.
Skema ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial, tetapi juga secara signifikan meningkatkan kesadaran lingkungan di tengah masyarakat.
Sampah kini tidak lagi dibuang sembarangan, dan dampak positifnya terlihat dari kondisi sungai-sungai yang kini lebih bersih.
”Investasi emas ini juga tahan inflasi. Sejak awal kerja sama dengan Pegadaian pada 2022, harga emas per gram hanya sekitar Rp 900 ribu. Kini hampir Rp 2 juta per gram. Nilainya terus naik,” ujarnya.
Untuk sampah residu yang tidak bisa diolah, seperti pembalut, warga juga tidak diperkenankan membuang sembarangan. Desa Ngampel menyediakan kontainer khusus yang rutin diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setiap bulan.
”Kami ingin semua jenis sampah bisa ditangani dengan bijak. Ada tempatnya, ada solusinya,” pungkas Astiadi.
Editor: Cholis Anwar