Kamis, 20 November 2025

Murianews, Grobogan – Sudah sekitar dua bulan, sejumlah wilayah di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah mengalami kekeringan. Bencana kekeringan yang berulang tiap tahun pun butuh solusi jangka panjang.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan Endang Sulistyoningsih mengatakan, penanganan kekeringan jangka panjang bisa dilakukan dengan pembuatan sumur artesis dan penampung air hujan. Namun, butuh anggaran yang besar untuk mewujudkannya.

”Memang ada beberapa hal yang perlu dilakukan, terkait mata air, sumur artesis, dan penampung air hujan. Tapi butuh dana sangat besar. Mudah-mudahan ada CSR perusahaan yang membantu, sehingga air bisa tersalurkan ke desa-desa terdampak,” kata Endang, Sabtu (29/7/2023).

Namun demikian, Endang tak menyebut besaran dana yang dibutuhkan. Dia menyatakan sudah mengkoordinasikannya dengan dinas teknis.

Berdasarkan data BPBD Grobogan, hingga Jumat (28/7/2023) kemarin sudah terdapat 44 desa di 12 kecamatan yang meminta bantuan air bersih. Dari desa-desa terdampak tersebut, sudah ada sebanyak 28 desa yang diberikan air bersih.

Meski jumlah desa terdampak semakin banyak, namun BPBD Grobogan belum akan meningkatkan status tanggap darurat bencana. Endang mengatakan, pihaknya masih bisa melayani masyarakat dengan distribusi air bersih.

”Status tanggap darurat belum mengajukan. Masih bisa melayani masyarakat, apalagi ada CSR yang diberikan dalam bentuk bantuan air bersih,” paparnya.  

Endang memperkirakan, puncak kekeringan di Grobogan yakni antara Agustus-September 2023 mendatang. Dia pun berharap, jumlah desa dan kecamatan terdampak tidak bertambah.

”Harapannya tidak bertambah lagi, sudah itu saja yang terdampak. Jangan sampai mengulang tahun 2019, ada 18 kecamatan terdampak kekeringan,’’ tandasnya.

Editor: Ali Muntoha 

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler