Rabu, 19 November 2025

Murianews, Grobogan – Kiprah Yulianto sebagai pegiat literasi di Grobogan, Jawa Tengah agaknya sudah membuatnya layak menyandang gelar ”pahlawan literasi”. Banyak hal yang dilakukannya dan dikorbankannya, demi perkembangan literasi di kampung kelahirannya.

Pemuda 33 tahun asal Dusun Jajar, Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangrayung itu merintis Rumah Baca Bintang sejak 2011. Namun, rumah baca itu menurutnya baru benar-benar berdiri pada 2015.

Dia mengaku terbebani titel Sarjana Ilmu Perpustakaan dari Universitas Terbuka (UT) yang disandangnya. Dia menyatakan mesti ada sesuatu yang dilakukannya di bidang kepustakaan.

Sejak itu, pemuda dengan rambut cepak dan berkacamata itu terus menambah koleksi bukunya hingga mencapai ribuan. Yulianto yang memiliki nama panggung Yulianto Delaveras itu menyulap ruang tamu rumah orang tuanya yang sederhana menjadi layaknya perpustakaan.

Pada awalnya, Yuli, begitu dia disapa, hanya memanfaatkan bekas wadah telur sebagai rak buku. Seiring berjalannya waktu, dia bisa membeli rak yang lebih layak dari upahnya sebagai story teller atau pendongeng yang sebenarnya tak seberapa.

Meski sangat sederhana, namun toh Rumah Baca Bintang setiap hari selalu didatangi anak-anak sekitar yang ingin belajar. Dari pengalaman itu juga kemudian dia yakin, rendahnya minat baca di Indonesia bukan karena kemalasan membaca, tetapi persoalan akses.

”Akses anak-anak terhadap buku ini kurang, jadi kelihatannya minat baca rendah. Padahal, kalau mereka dekat dengan buku, mereka tentu akan dengan senang hati membaca buku,” ucap dia, Rabu (4/10/2023).

Di taman baca yang dikelolanya, Yuli memang menerapkan aturan khusus. Anak-anak boleh bermain asalkan sudah membaca buku. Cara itu ternyata efektif untuk membuat anak-anak membaca buku. Kebetulan, selain ribuan buku, Yuli juga mengoleksi banyak mainan agar anak-anak betah berlama-lama di sana.

”Sekarang, tidak ada saya pun di rumah, mereka sudah terbiasa dengan kebiasaan itu. Membaca dulu baru bermain,” katanya.

Tahun demi tahun berjalan tanpa ada yang mengetahui gerakan literasinya. Namun kemudian gerakan literasinya tercium komunitas pegiat literasi bernama Pustaka Bergerak.

Dari situ, dia akhirnya juga sampai diundang Najwa Shihab di studio Mata Najwa untuk mengenalkan boneka Nana. Sebab, Nana, panggilan Najwa Shibab merupakan duta baca Indonesia.

”Diajak ke Pustaka Bergerak Indonesia. Sebelumnya, pergerakanku tersamarkan bertahun-tahun. Tapi karena dianggap unik, bergerak (bercerita dan menggerakkan literasi, red) menggunakan boneka, akhirnya dijak bergabung ke Pustaka Bergerak hingga diundang ke Universitas Indonesia (UI) di suatu acara,” paparnya.

Yulianto kemudian juga menginisiasi lima taman baca di Grobogan. Kelimanya rutin dikirimi buku-buku yang didapatkannya dari donasi berbagai pihak.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak apresiasi yang didapatkannya. Pada 2021, dia mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Award bidang pendidikan tingkat Jawa Tengah.

Pada 2022, profil Yuli juga ditampilkan dalam Istanbul Biennale, sebuah pameran seni rupa kontemporer yang digelar setiap dua tahun sekali di Istanbul, Turki.

”Saya juga menjadi salah satu sosok yang akan diangkat dan diilustrasikan dalam komik untuk didistribusikan ke seluruh pelosok Indonesia,” ungkapnya.

Pada Juni 2023 lalu, Yuli juga mendapatkan motor dari program Dana Indonesiana, LPDP, dan Pustaka Bergerak Indonesia. Para pegiat lainnya di berbagai daerah di Indonesia ada yang mendapatkan sepeda listrik, kuda, perahu, hingga mobil.

Berbagai penghargaan itu pun membuat semangatnya untuk menggerakkan literasi di Grobogan semakin menggebu-gebu. Terbaru, dia juga menjadi inisiator Komunitas Read Aloud atau membaca nyarin di Grobogan.

”Ini sudah ada banyak daerah di Indonesia. Kalau di Grobogan, kebetulan saya komandonya. Jadi, menggerakkan pembacaan cerita kepada anak setiap hari agar si anak nantinya menjadi gemar membaca,” cerita dia.

 

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini