Murianews, Grobogan – Produksi sampah warga Grobogan per hari mencapai 600 ton. Namun, sampah yang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngembak, Purwodadi hanya sekitar 70 ton saja.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Grobogan Mokamat menjelaskan, banyak sampah warga Grobogan yang tidak terangkut ke TPA karena sudah selesai di desa-desa. Sampah yang terangkut ke TPA pun kurang dari 15 persen dari total potensi sampah.
”Dari seluruh Grobogan, yang dibuang ke TPA antara 70-80 ton dari potensi sampah 500 sampai 600 ton per hari. Karena sampah yang di desa-desa itu kan selesai di desa. Sampah rumah tangga dikumpulkan sendiri, dan dibakar di lingkungannya,” jelasnya, Selasa (10/10/2023).
Mokamat menambahkan, meski ada sangat banyak sampah yang tidak bisa terangkut ke TPA, namun pemerintah sudah tidak mengizinkan pembangunan TPA baru. Sebab, ke depan, sampah harus bisa diolah.
”Seluruh Indonesia sudah tidak diizinkan membuat TPA, karena sampah harus diolah. Sampah itu kan hanya 10-15 persen yang tidak bisa diolah atau menjadi residu,” kata dia.
Sampah-sampah yang tidak bisa diolah itu antara lain kaca, plastik, sterofoam, hingga pampers. Sementara, selebihnya bisa dipilah dan dipilih untuk dilakukan pengolahan.
”Maka, rencananya nanti akan memaksimalkan KSM (kelompok swadaya masyarakat) untuk pengolahan sampah, pemilahan sampah organik dan anorganik, untuk kemudian diolah menjadi sesuatu yang baru,” tandasnya.
Editor: Budi Santoso



